Belitung (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan merelokasi 30 rumah di Desa Pulau Gersik Kabupaten Belitung yang hancur dan rusak berat, karena diterjang banjir rob dan gelombang tinggi.
"Setidaknya ada puluhan rumah warga Desa Pulau Gersik hancur, bahkan ada yang rata dengan tanah akibat air pasang yang ekstrem," kata Gubernur Kepulauan Babel, Erzaldi Rosman Djohan saat meninjau kondisi rumah warga terdampak banjir rob di Desa Pulau Gersik, Senin.
Ia mengatakan kunjungan ke Desa Pulau Gersik kali ini untuk melihat secara langsung kerusakan yang terjadi dan menindaklanjuti kecemasan warga desa terhadap banjir rob susulan selama musim pasang air laut disertai gelombang tinggi dan hujan lebat yang cukup ekstrem di awal tahun 2021.
"Mengingat kecemasan yang dirasakan oleh warga Desa Pulau Gersik tiap tahunnya, di mana setiap tahun ada beberapa rumah yang berkurang dan selalu hancur, ini harus segera kita bantu," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya akan mendorong pemerintah pusat melalui APBN serta dengan dana Pemprov Babel yang dimiliki, akan membantu pembuatan talud penahan gelombang air dan merelokasi sekitar 30 rumah yang berada di sekitar bibir pantai.
"Kalau tidak kita relokasi dan dibuat talud, tiap tahun pasti akan terus terjadi," ujarnya.
Ia menambahkan untuk merelokasi 30 unit rumah warga tersebut, maka diminta aparat desa setempat untuk menyiapkan lahan.
Tak hanya itu, pihaknya juga akan berencana membangun dermaga yang terintegrasi dengan talud. Mengingat saat ini belum ada dermaga yang memadai di desa itu. Sekaligus untuk memudahkan warga Desa Pulau Gersik yang sebagian besar dari mereka adalah nelayan. Gubernur juga akan membangun Stasiun Bahan Bakar Nelayan (SPBN) di desa tersebut.
"Kita segera berkoordinasi dengan Satker APBN dan Sumber daya Air (SDA). Diharapkan mereka dalam waktu dekat ini akan berkunjung ke Desa Pulau Gersik," katanya.
Kades Pulau Gersik, Marham mengatakan Desa Pulau Gersik memiliki 647 Kepala Keluarga (KK) dari 2.225 jumlah penduduk yang ada.
"Tiap tahun kami merasa cemas, mulai dari tahun 2017 hingga terakhir kemarin setidaknya 30 rumah telah menjadi korban," demikian Erzaldi Rosman Djohan.