Jakarta (ANTARA) - Bangga memiliki stadion baru yang berkelas dunia tentunya tidak hanya dirasakan di benak warga Jakarta, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia.
Masyarakat termasuk komunitas dan pecinta bola juga bisa mengetahui langsung sejauhmana pembangunan stadion megah itu melalui media sosial, misalnya, Instagram @Jakintstadium atau @jakprogroup.
Direktur Proyek JIS Iwan Takwin menuturkan upaya tersebut dilakukan agar masyarakat memahami proses pembangunan stadion yang berada di Jakarta Utara itu, dilakukan dengan proses yang panjang dengan kerja keras dan keringat semua pihak.
“Jadi mereka semua tergambarkan bahwa prosesnya tidak mudah dan tantangannya banyak. Dari situ mereka bisa membayangkan rasa memilikinya ada,” kata Iwan.
Melalui akun media sosial itu, pihaknya memperbaharui kemajuan pembangunan stadion yang berada di lahan seluas 221.000 meter persegi mulai dari konstruksi, teknologi hingga penggunaan dan perawatan rumput.
Dengan begitu diharapkan masyarakat memiliki tanggung jawab bersama untuk merawat stadion yang konstruksi pembangunannya kini sudah mendekati 52 persen.
Selain melalui media sosial dan melalui media mainstream, sosialisasi juga dilakukan dengan menggandeng para komunitas bola melalui berbagai kegiatan secara langsung.
Misalnya, mengundang para pendukung bola atau supporter klub bola seperti Persija untuk mengunjungi lokasi proyek, termasuk ketika kick off peluncuran pembangunan JIS.
Tak hanya dari klub bola, tapi juga komunitas-komunitas bola skala kecil, untuk menumbuhkan rasa bangga memiliki JIS.
Saat ini sedang disusun strategi pemasaran, komunikasi kepada masyarakat hingga sejumlah kegiatan di Divisi Sportainment Jakpro untuk menyasar semua kalangan untuk mencintai JIS.
JIS dilengkapi fasilitas berupa stadion utama dengan kapasitas tampung sekitar 82 ribu penonton, dua lapangan khusus untuk latihan, kemudian plaza, hingga fasilitas umum seperti tempat ibadah.
Nantinya, JIS juga akan memiliki area komersial dan pengembangan secara keseluruhan mendekati danau di kawasan tersebut.
Sebagai informasi, investasi untuk pembangunan JIS menggunakan pembiayaan sepenuhnya dari APBD DKI Jakarta sekitar Rp4,08 triliun.
Bisa dibayangkan, berapa besar kerugian yang ditanggung dan dana yang akan dikeluarkan apabila masyarakat tidak ikut menjaga dan merawat stadion bertaraf internasional itu.
Baca juga: Jakpro sebut pembangunan JIS capai 45,2 persen hingga Januari 2021
Baca juga: Jakpro capai target proyek di tengah pandemi COVID-19Ubah perilaku
"Anak The Jak, asyik-asyik. Atraksinya makin apik. Persija main cantik dipimpin kapten Jabrik, sudah pasti yang terbaik,"
Teriakan The Jakmania dari tribun penonton Stadion Lebak Bulus, Jakarta Selatan itu masih membekas dalam ingatan Nur'alim. Sebutan Kapten Jabrik memang identik dengan ciri rambutnya yang hitam lebat dan kaku seperti sikat.
Pesepakbola kelahiran 27 Desember 1973 di Bekasi, Jawa Barat, itu kini dikenal sebagai salah satu legenda pesepakbola Indonesia berkat kiprahnya tampil pada berbagai ajang sepanjang kurun 1991 hingga 2011 di Tanah Air.
Bermain untuk Persija Jakarta pada kurun 1996-2002 merupakan kebanggaan tersendiri bagi Nur'alim. Apalagi di zaman itu sudah jarang pemain asli Jakarta yang bisa masuk tim inti di klub Ibu Kota.
Stadion berkapasitas kurang dari 5.000 penonton di Lebak Bulus selalu sesak dengan kehadiran The Jak Mania yang fanatik menyaksikan laga bintang seperti Nur'alim, Budiman Yunus, Anang Maruf, Luciano Leandro, Imran Nahumarury hingga Bambang Pamungkas.
"Kalau zaman saya dulu sangat prihatin, kita sekelas tim Persija metropolis yang bertaburan pemain nasional, kita miris dengan kondisi lapangan kita," katanya.
"Homebase kita dulu di Lebak Bulus. Semakin banyak penonton, semakin gak ketampung itu stadion, karena kapasitas tempat duduknya cuma 2.000 sampai 5.000 orang," katanya.
Atlet yang membawa Persija merebut gelar juara Liga Indonesia pada 2001 itu pun sempat merasakan bagaimana sulitnya memperoleh lapangan untuk bertanding. Untuk sewa stadion pada saat itu, Persija perlu merogoh kocek minimal Rp1 miliar.
Dana itu berhasil digalang lewat peran serta pendukung The Jak Mania yang datang secara tertib dengan membeli tiket menonton pertandingan.
"Untungnya anak-anak The Jak Mania ini mereka dewasa dengan mendukung dan membeli tiket. Dulu nyari lapangan sulit sekali. Tapi dengan pertumbuhan Persija sekarang lebih bagus lagi," katanya.
Nur'alim berharap kehadiran JIS bisa menjadi ikon perubahan perilaku sebagian pecinta sepakbola yang identik dengan anarkisme melalui cara merusak bahkan melukai sesama suporter.
Bagi Nur'alim, kehadiran JIS tidak hanya menjadi buah dari penantian panjang Persija memperoleh markas, tapi juga sebagai kebanggaan yang perlu terus dirawat dan dijaga keberadaannya.
"Kita bangga sekarang punya homebase tetap. Ini stadion megah sekali dibandingkan Gelora Bung Karno (GBK). Jangan sampai merusak stadion bagus cuma karena tim kita kalah," katanya.
Jangan pula fanatisme tinggi kedaerahan tiba-tiba ribut antarsuporter. "Kalau tim kita kalah, harus akui, tapi jangan sampai merusak," pesan Nur'alim.
Baca juga: Burung Kaki Bayam dimanfaatkan untuk perawatan Lapangan Latih JIS
Baca juga: Persija girang setelah dua lapangan latihan di JIS diresmikanAntisipasi
Pernyataan senada disampaikan Direktur PT Jakarta Propertindo (JakPro) Dwi Wahyu Daryoto bahwa membangun budaya masyarakat untuk mau ikut menjaga stadion ini kelak adalah yang terpenting dalam proses pembangunan JIS.
Dwi menyadari bahwa pendukung sepak bola di Jakarta adalah yang paling fanatik sehingga faktor keselamatan dan keamanan penonton juga turut dipertimbangkan dalam pembangunan JIS.
Stadion JIS yang berada di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara, ini akan memiliki kapasitas sebesar 82 ribu penonton sehingga perlu dilengkapi fasilitas keamanan yang canggih. Salah satu yang digunakan adalah pemakaian teknologi penginderaan wajah.
Upaya mencegah kerusakan fasilitas stadion oleh oknum tak bertanggung jawab nyatanya juga dipersiapkan kontraktor dengan cara mengantisipasi masuknya penonton hingga ke dalam lapangan pertandingan dengan mempersiapkan barikade di tribun yang paling bawah menggunakan material khusus serta berdimensi lebar agar sulit dilompati penonton.
Dwi akan merangkul komunitas sepak bola di Jakarta serta melakukan sosialisasi kepada para pecinta sepakbola agar mampu menjaga keamanan dan kenyamanan di lingkungan stadion.
Dia akan sosialisasikan kepada komunitas-komunitas sepak bola di Jakarta agar mampu membangun budaya fans yang bertanggung jawab, menjadi supporter yang baik dan tidak anarkis.
Baca juga: Cerita setengah jalan 'Jakarta International Stadium'
Baca juga: Mengenal teknologi pencahayaan dinding Jakarta International Stadium