Jakarta (ANTARA) - Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir mengapresiasi pencapaian dalam bidang medis vaksin Sinovac dan Sinopharm untuk mengatasi pandemi COVID-19.
Dia menjelaskan bahwa kedatangan kedua vaksin asal China itu ke Indonesia merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian BUMN.
Meski Sinovac dan Sinopharm telah masuk daftar WHO, lanjut Erick, pemerintah Indonesia tidak berpuas diri dan akan terus melanjutkan pengembangan vaksin Merah Putih yang dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Universitas Airlangga.
"Saat ini konteksnya kita harus bisa memproduksi vaksin sendiri karena tidak mungkin kita harus impor seperti sekarang. Kami berharap baik vaksin Merah Putih ataupun vaksin BUMN (Sinovac dan Sinopharm) ada hasilnya," kata Erick.
Dalam laporan COVID-19 Vaccine Trackers, Sinovac Biotech telah dilakukan 15 kali percobaan di tujuh negara dan sekarang sedang digunakan di 25 negara. Sedangkan Sinopharm telah dilakukan enam kali percobaan di tujuh negara yang kini dipakai oleh 44 negara.
Berdasarkan penilaian WHO termasuk inspeksi di tempat fasilitas produksi, Sinovac adalah vaksin yang tidak aktif. Persyaratan penyimpanannya yang mudah membuatnya sangat mudah dikelola dan sangat cocok untuk pengaturan sumber daya rendah.
Baca juga: WHO setujui vaksin COVID Sinovac, vaksin kedua China yang terdaftar
Baca juga: Menteri BUMN terima kedatangan 8 juta dosis vaksin Sinovac
Baca juga: Vaksinasi hampir separuh penduduk, China kembangkan dosis ketiga