Jakarta (ANTARA) - Kepala Center of Industry Trade and Investement Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menilai sistem online single submission (OSS) risk based approach (RBA) atau OSS berbasis risiko yang diluncurkan oleh pemerintah akan membantu meningkatkan iklim kemudahan berusaha di Tanah Air.
Meski demikian, Andry menilai masih ada beberapa aspek lain yang kerap menghambat kemudahan berusaha di Indonesia. Mulai dari proses pengurusan lahan yang rumit, sampai sengketa bisnis yang membutuhkan waktu lama dan biaya tinggi sehingga menimbulkan ketakpastian berusaha. Hal-hal tersebut dinilai Andry perlu turut diperbaiki untuk mengerek naik peringkat kemudahan berusaha atau Ease of Doin Business (EoDB) nasional lebih jauh lagi.
Baca juga: Airlangga : Kemudahan berbisnis dorong investasi asing ke Indonesia
"Memang sebetulnya apakah menjawab iklim kemudahan berusaha di Indonesia sendiri ya saya katakan memang pasti akan ada kontribusinya. Tapi kalau saya katakan hanya menyelesaikan salah satu masalah saja, artinya tidak secara keseluruhan masalah itu terselesaikan dengan OSS berbasis risiko ini," kata Andry.
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 7,07 persen pada kuartal II-2021 membawa kabar gembira di tengah perjuangan melawan dampak pandemi. Presiden Joko Widodo optimistis target pertumbuhan ekonomi nasional dapat tetap terjaga dan reformasi struktural perekonomian segera dapat terlaksana.
Dalam pidato Sidang Tahunan MPR, pada 16 Agustus 2021 lalu, Presiden menekankan pentingnya transformasi pertumbuhan ekonomi yang selama ini didominasi konsumsi untuk dialihkan kearah hilirisasi dan produksi dengan mendorong lebih banyak lagi kemunculan industri baru. Untuk itu investasi dan ekspor menjadi kunci.
Baca juga: Izin dipermudah, pemerintah perkuat pengawasan usaha
Investasi telah menjadi fokus pemerintah sejak tahun lalu sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi pasca diterbitkannya Undang-Undang (UU) Cipta Kerja yang mulai diimplementasikan tahun ini. Bentuk implementasi tersebut antara lain melalui sistem Online Single Submission (OSS) berbasis risiko, sebagai strategi meningkatkan iklim kemudahan berusaha guna mengerek daya saing investasi nasional.
Presiden berharap pertumbuhan investasi menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. Optimisme ini sejalan dengan kinerja realisasi investasi yang tumbuh signifikan di bawah Kementerian Investasi. Sampai semester I 2021 tercatat realisasi investasi sebesar Rp442 triliun, tumbuh 10 persen (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu.
Kepada Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu menyampaikan, pada semester I 2021 komponen belanja pemerintah tidak lagi menjadi satu-satunya penopang pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang terjadi pada 2020. Sebab sejak awal 2021, bersama dengan ekspor, pertumbuhan positif komponen investasi ikut berperan secara signifikan dalam menopang pertumbuhan ekonomi.
Peluncuran OSS berbasis risiko oleh Kementerian Investasi belum lama ini diharapkan Febrio dapat mempermudah proses bisnis penciptaan lapangan kerja dan peningkatan kemudahan berusaha (EoDB), sehingga investasi dan lapangan kerja dapat terus terkerek naik.