Jakarta (ANTARA) - Sabtu, 18 September 2021, menjadi hari nahas bagi Ali Kalora. Pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso itu tewas dalam kontak tembak dengan anggota Tim Sogili dari Satgas Madago Raya.
Dengan tewasnya Ali Kalora dan Jaka Ramadhan, kini anggota teroris MIT Poso tinggal empat orang, yakni Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlas, Rukli, dan Suhardin alias Hasan Pranata.
Jumlah yang sangat jauh menyusut dibandingkan dengan ketika kelompok ini mengangkat Santoso sebagai Amir MIT tahun 2012. Saat itu jumlah anggotanya 21 orang.
Santoso sendiri tewas dalam baku tembak dengan Satgas Operasi Tinombala dari unsur Batalyon Infanteri 515 Kostrad pada 18 Juli 2016.
Sejak 1 Januari 2021, Operasi Tinombala berganti nama menjadi Operasi Madago Raya dengan tugas memburu anggota MIT Poso yang tinggal 11 orang.
Sebagaimana Operasi Tinombala, Operasi Madago Raya juga menggabungkan kekuatan TNI dan Polri yang terbukti sukses sebelumnya.
Baca juga: Hari Bhayangkara Kapolri minta jajaran perkuat sinergi dengan TNI
Baca juga: Polri perkuat sinergi dan komunikasi dengan TNI disiplinkan personel
Pasukan yang tergabung dalam Satgas Madago Raya terdiri atas Satuan Brimob Polda Sulawesi Tengah, Batalyon Infanteri 714/Sintuwu Maroso Kabupaten Poso yang berada di bawah Komando Korem/123 Tadulako, Kodam XIII/Merdeka.
Berikutnya, Satuan Korps Brimob dan Detasemen Khusus 88 (Desus 88) Polri serta Batalyon Infanteri Para Raider 502/Ujwala Yudha.
Selain itu, untuk memburu kelompok teroris MIT Poso ini turut dilibatkan pula pasukan dari Komando Operasi Khusus (Koopsus) TNI melalui Komando Operasi Gabungan Khusus (Koopsgabsus) Tricakti di bawah komando Mayjen TNI Richard T.H Tampubolon.
Menurut Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Rudy Sufahriadi yang juga selaku penanggung jawab Operasi Madago Raya, apa pun bentuknya dan siapa pun yang berhasil dalam misi ini, tentunya ini merupakan operasi bersama.
Sepanjang Januari hingga pertengahan September 2021, operasi gabungan TNI-Polri berhasil menewaskan tujuh dari 11 anggota MIT Poso, yakni Irul alias Khairul, Alvin alias Samil, Qatar alias Farel, Rukli, Abu Alim, serta yang terakhir Ali Kalora, dan Jaka Ramadhan.
Setelah kematian Ali Kalora, Satgas Madago Raya terus mengintensifkan perburuan terhadap sisa anggota MIT Poso yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) tersebut.
Untuk memudahkan upaya pengejaran, Satgas Madago Raya mengeluarkan selebaran yang berisikan foto wajah empat buronan itu.
Wakasatgas Humas Ops Madago Raya AKBP Bronto Budiono mengimbau peran aktif masyarakat untuk melapor apabila melihat anggota teroris MIT Poso tersebut.
Pangkoopsgabsus Tricakti Mayjen TNI Richard T.H Tampubolon juga memohon dukungan doa buat semua prajurit yang terus agresif dan bekerja keras di lapangan agar segera dapat menumpas sisa teroris lainnya.
Meski anggota kelompok teroris MIT Poso belum seluruhnya digulung, tentu capaian operasi gabungan TNI dan Polri ini sepatutnya kita apresiasi. Kita pun pantas bangga atas kekompakan mereka.
Serbuan vaksinasi
Tak hanya dalam operasi keamanan, sinergi apik TNI dan Polri juga terlihat dalam menyukseskan pengendalian COVID-19, termasuk dalam pelaksanaan vaksinasi.
Pelibatan TNI-Polri dalam vaksinasi COVID-19 merupakan instruksi dari Presiden Jokowi agar program vaksinasi bisa berjalan cepat untuk mengejar kekebalan kelompok (herd immunity).
Pelibatan TNI-Polri memang cukup beralasan karena kedua institusi itu memiliki struktur komando yang rapi dari tingkat pusat hingga tingkat daerah, selain fasilitas kesehatan yang mereka miliki.
Menurut Asisten Operasi (Asops) Kapolri Irjen Pol Imam Sugianto, guna mendukung serbuan vaksinasi, Polri menurunkan personelnya sebagai tenaga vaksinator sebanyak 5.371 personel dengan Gerai Presisi sebanyak 2.105 gerai.
Gerai Presisi merupakan gerai vaksinasi COVID-19 yang didirikan Polri di setiap satuan kepolisian mulai dari tingkat Polda hingga Polsek.
Sementara TNI mengerahkan sekitar 10 ribu tenaga vaksinator dan lebih dari 800 fasilitas kesehatan yang dimilikinya.
Baca juga: Wakapolri pastikan Polri sudah bersinergi dengan TNI sejak pendidikan
Baca juga: Serbuan vaksinasi wujud sinergitas TNI-Polri bantu kendalikan COVID-19
Sejak Februari-September 2021, Polri telah mendistribusikan 36.729.982 dosis vaksin, dengan jumlah orang yang sudah divaksin COVID-19 sebanyak 22.006.078 orang.
Sedangkan pelaksanaan vaksinasi nasional yang didukung TNI-Polri telah memvaksin sekitar 73 juta warga negara Indonesia.
Pelibatan TNI-Polri dalam penanggulangan COVID-19, termasuk dalam vaksinasi, memang sempat menimbulkan pro dan kontra dengan berbagai argumentasinya.
Secara payung hukum tidak masalah karena pelibatan TNI-POLRI diatur dalam UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI, UU No. 2 Tahun 2002 tentang Polri, serta Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespon Wabah Penyakit, Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia.
Selain itu, adalah fakta bahwa tenaga vaksinator yang ada sangat terbatas untuk mengejar target vaksinasi nasional.
Presiden Joko Widodo sendiri menargetkan vaksinasi COVID-19 bisa mencapai angka 70 persen penduduk di setiap provinsi pada akhir tahun 2021, sehingga tercipta kekebalan komunal.
Pelibatan TNI-Polri dalam kegiatan vaksinasi terbukti efektif. Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sejak TNI-Polri terlibat, cakupan vaksinasi dapat mencapai satu juta dosis per hari.
Pelibatan TNI-Polri dalam kegiatan vaksinasi juga membawa keuntungan lain, setidaknya bagi hubungan kedua institusi tersebut.
Pada banyak kesempatan kita menyaksikan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo bersama-sama turun ke lapangan mengecek pelaksanaan kegiatan vaksinasi.
Kekompakan pucuk pimpinan TNI dan Polri ini tentu memberi efek psikologis yang bagus bagi jajaran di bawahnya.