Banda Aceh (ANTARA) - Usaha kerajinan pandai besi di antaranya membuat parang dan pisau masih tetap bertahan di Kabupaten Aceh Besar di era maraknya produk pabrikan sekarang.
Abdullah, perajin pandai besi, di Aceh Besar, Rabu, mengatakan usahanya tetap bertahan karena masyarakat masih meminati produk yang dibuatnya ketimbang barang buatan pabrik
"Permintaan parang maupun pisau dari masyarakat masih tetap ada, kendati kami harus bersaing dengan barang buatan pabrik yang dijual dengan harga murah," kata Abdullah.
Menurut Abdullah, produk parang yang dihasilkan umumnya diminati kalangan petani. Sebab, kualitasnya lebih baik dan memiliki daya tahan lebih kuat dibandingkan serupa buatan pabrik.
"Kalau kualitas bagus, tentu ada yang beli. Inilah yang kami jaga, sehingga usaha kami bisa bertahan hingga kini. Usaha pandai besi sudah berlangsung beberapa generasi," kata Abdullah.
Harga parang yang dibuat ditempat usaha pandai besi Abdullah berkisar Rp100 ribu hingga Rp150 ribu. Harga tergantung besar kecil parang dan jenis besi sebagai bahan baku.
Abdullah mengatakan pandemi COVID-19 juga berdampak pada usaha pandai besi yang digelutinya. Dampak yang dialami seperti berkurangnya permintaan parang dan pisau.
"Saat ini, saya tidak lagi membuat parang atau pisau setiap hari, tetapi, tergantung pesan. Biasanya yang pesan pedagang parang di sejumlah pasar tradisional di Aceh Besar dan sekitarnya," kata Abdullah.