Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui pandemi COVID-19 menjadi salah satu ujian terberat bagi pasar modal domestik di mana harga saham perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari seluruh sektor sempat anjlok dalam pada tahun lalu.
"Ini adalah titik terendah yang selama ini kita alami, namun alhamdulillah kemudian IHSG berhasil rebound dan mengalami penguatan. Penutupan perdagangan kemarin IHSG di level 6.536,9 dan bahkan untuk kapitalisasi pasar berhasil mencetak rekor baru yaitu sebesar 8.015 triliun. Bukan prestasi yang kecil menurut saya dan kita patut besyukur kerja keras kita membuahkan hasil," ujar Yunita dalam Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2021 di Jakarta, Kamis.
Baca juga: OJK: Tren restrukturisasi kredit perbankan terus melandai
Begitu juga dengan jumlah perusahaan yang melakukan penwaran umum perdana saham atau IPO di bursa. Pada 2019 ada 59 perusahaan yang telah melakukan IPO dengan total emisi sebesar Rp14,7 triliun. Sementara itu pada 2020 terjadi penurunan yaitu sebanyak 48 perusahaan dengan total emisi Rp6,07 triliun
Per 11 Oktober 2021, perusahaan yang melakukan IPO memang masih menurun yaitu sebanyak 38 perusahaan, namun total emisinya mencapai Rp32,14 triliun. Peningkatan total emisi yang besar tersebut ditopang oleh IPO yang dilakukan oleh perusahaan rintisan (startup) dengan nilai valuasi yang cukup besar.
"Regulator pasar modal Indonesia atau OJK akan tetap berusaha semaksimal mungkin untuk selalu responsif dan mengakomodir kebutuhan masyarakat khususnya pelaku usaha yang ingin mendapatkan akses pendanaan alternatif dan manfaat lainnya sebagai perusahaan terbuka atau go public, termasuk dalam masa pandemi COVID-19," kata Yunita.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, pasar modal Indonesia memiliki peran yang sangat vital dalam mendorong kemajuan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Baca juga: OJK: Pandemi terkendali jadi momentum pertumbuhan ekonomi domestik
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dekade terakhir tidak terlepas dari dukungan pasar modal, terutama pada fungsinya sebagai penyedia dana untuk pembangunan," ujar Luhut.
Luhut menyampaikan, upaya yang telah dilakukan pasar modal Indonesia selama beberapa tahun terakhir menunjukkan beberapa capaian yang patut dibanggakan, terutama di tengah tantangan pandemi COVID-19. Salah satunya yaitu jumlah emiten baru pada tahun ini yang mencapai 38 perusahaan.
"Ditambah jumlah calon perusahaan tercatat yang sedang mengantri atau sedang dalam pipeline sebanyak 25 calon perusahaan tercatat. Angka pencatatan baru saham ini juga merupakan yang tertinggi di ASEAN, serta masuk dalam urutan ke-12 di dunia," kata Luhut.
Dari sisi permintaan, lanjut Luhut, jumlah investor yang meliputi investor saham, reksadana, dan obligasi di pasar modal sampai dengan 30 September 2021 jumlahnya mencapai 6,43 juta investor, meningkat 66 persen dibandingkan akhir 2020, atau hampir naik lima kali lipat sejak 2017.
"Angka ini secara umum didominasi oleh investor ritel yang proporsinya mencapai 90 persen dari total keseluruhan investor. Meningkatnya partisipasi investor retail yang mayoritas merupakan investor domestik, merupakan pencapaian yang membanggakan sekaligus tidak disangka-sangka," ujar Luhut.