Jakarta (ANTARA) - Paviliun Indonesia mengangkat tema Leading Climate, Actions Together dalam pelaksanaan Climate Change Conference of the Parties (COP26) UNFCCC di Glasgow.
Dalam satu dekade terakhir ini, dia mengatakan bahwa peran pemerintah daerah telah berbagi tanggung jawab dengan aktor lokal, seperti akademisi, pengusaha, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk pengendalian perubahan iklim.
Aksi itu, menurut dia, salah satunya melalui tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan kemitraan antara pemerintah dan LSM.
Namun, sayangnya aksi bersama untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim tidak berjalan dengan baik karena berbagai faktor, di antaranya lemahnya pengambilan keputusan, kepentingan yang bertentangan dari prioritas sosial ekonomi dan lingkungan, dan inefisiensi kebijakan yang ada.
"Aksi bersama tentang perubahan iklim membutuhkan pemimpin," katanya.
Dalam kesempatan itu, Wamen LHK juga mengatakan bahwa Indonesia mendesak setiap negara untuk bekerja secara kolaboratif untuk menyelamatkan bumi.
"Kami telah melakukan apa yang kami janjikan, dan kami berharap negara lain juga melakukannya," katanya.
Dalam pelaksanaan COP26 UNFCCC di Glasgow itu, lanjut dia, Indonesia menerima masukan global dalam upaya mengendalikan perubahan iklim.
"Untuk semua peserta, saya dengan senang hati menawarkan Anda untuk memberikan masukan atas apa yang telah kita capai," ujarnya.
Ia berharap semua kegiatan dan diskusi di Paviliun Indonesia dapat menginspirasi dalam upaya pengendalian perubahan iklim.
Baca juga: Pertamina dukung target pengurangan emisi karbon Indonesia
Baca juga: Wamen LHK: Paviliun Indonesia upaya pengendalian perubahan iklim