New York (ANTARA) - Dolar Amerika Serikat (AS) turun tipis terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dan mencatat kerugian hari kedua.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,48 persen pada 96,0498 dalam perdagangan sore di New York, setelah jatuh sebanyak 0,50 persen di pagi hari.
Kerugian datang terhadap mata uang yang terkait dengan lebih banyak pengambilan risiko, serta terhadap mata uang safe-haven yen Jepang dan franc Swiss.
Dalam 24 jam, indeks dolar jatuh 1,1 persen, dimulai dari lonjakan ketika Federal Reserve AS memposting pernyataan kebijakan baru pada Rabu (15/12), turun ke level terendah tak lama setelah Bank Sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Inggris (BoE) membuat pengumuman pada Kamis (16/12).
"Hari yang luar biasa," kata Marc Chandler, Kepala Strategi Pasar di Bannockburn Global Forex.
Pound Inggris melonjak sebanyak 0,8 persen terhadap dolar AS, setelah bank sentral Inggris menjadi bank sentral besar pertama yang menaikkan suku bunga sejak awal pandemi.
Euro naik lebih dari 0,5 persen setelah bank sentral Eropa mengatakan akan sedikit mengendalikan stimulus.
Langkah lembut ECB kontras dengan nada lebih hawkish dari The Fed, yang mengatakan akan mengakhiri pembelian obligasi era pandemi pada Maret, membuka jalan bagi tiga kenaikan suku bunga yang diperkirakan pada 2022.
Pound terakhir naik 0,4 persen menjadi 1,3314 dolar AS dan euro naik 0,3 persen menjadi 1,1332 dolar AS.
Perubahan tersebut menunjukkan bahwa beberapa pedagang telah pindah untuk menutup posisi jual terhadap euro dan sterling, kata Chandler.
Nilai tukar euro-dolar juga tampaknya mengikuti perubahan dalam spread antara imbal hasil obligasi dua tahun AS dan sekuritas Pemerintah Jerman, kata Chandler, menambahkan bahwa imbal hasil dua tahun sangat sensitif terhadap kebijakan suku bunga bank sentral.
Spread itu, yang telah menjadi tren lebih luas tahun ini dengan sikap hawkish relatif The Fed terhadap ECB, sedikit menyempit pada Kamis (16/12) sehingga mendukung euro.
Jalan berbeda yang diambil oleh bank-bank sentral utama menggarisbawahi ketidakpastian mendalam tentang bagaimana varian Omicron yang menyebar cepat akan memukul ekonomi, dan tentang seberapa banyak yang harus dilakukan masing-masing untuk melawan lonjakan inflasi, yang memukul keras di Amerika Serikat dan Inggris, tetapi kurang begitu keras di Eropa.
Bank-bank sentral memasukkan elemen dovish dalam pernyataan mereka, yang memberikan kepercayaan pasar untuk bergerak ke arah perdagangan yang lebih berisiko tanpa terlalu banyak ketakutan akan resesi akibat kebijakan moneter yang lebih ketat.
Di pasar uang kripto, bitcoin turun 2,0 persen menjadi 48.011 dolar AS.
Baca juga: Rupiah melemah setelah The Fed putuskan percepat tapering
Baca juga: Dolar stabil di Asia, fokus beralih ke pertemuan bank sentral lain