Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau masyarakat untuk mengurangi kegiatan di pusat keramaian dan jika bisa bekerja dari rumah ("work from home"/WFH) untuk mengurangi risiko penularan Virus Corona Varian Omicron yang lebih cepat menular.
Selain itu, Presiden Jokowi meminta masyarakat untuk tidak berpergian ke luar negeri jika tidak ada urusan yang penting dan mendesak.
Baca juga: Presiden : SDM unggul akan bawa Indonesia bersaing di industri digital
Ia menjelaskan saat ini sedang terjadi tren kenaikan penularan kasus COVID-19 yang disebabkan Virus Corona Varian Omicron di Indonesia. Karena itu, masyarakat harus waspada namun tak perlu bereaksi berlebihan hingga menimbulkan ketakutan dan kepanikan.
Berbagai kajian dan laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kata Presiden, menyebutkan bahwa varian Omicron memiliki kemampuan lebih menular, namun gejalanya lebih ringan.
“Pasien yang terinfeksi varian ini umumnya pulih tanpa harus dirawat di rumah sakit. Tapi sekali lagi kita harus waspada. Jangan jemawa dan gegabah,” ujar Presiden.
Baca juga: Presiden Jokowi: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah 79,9 persen
Presiden mengingatkan masyarakat untuk selalu berdisiplin menerapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan.
“Saya tidak akan pernah bosan untuk mengingatkan agar selalu menggunakan masker, menjaga jarak, dan jangan lupa mencuci tangan. Intinya ikuti protokol kesehatan dengan disiplin,” katanya.
Pada Selasa ini, Kementerian Kesehatan menyampaikan kasus Omicron di Indonesia bertambah menjadi 840 kasus berdasarkan data terakhir pada Senin (17/1).
Baca juga: Presiden: KI hijau Kaltara gerbang RI jadi negara industri besar
"Sejak Omicron terdeteksi pada 15 Desember 2021 sampai 17 Januari 2022 sudah ada 840 kasus positif Omicron," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi.
Jika dirinci sebanyak 609 kasus Omicron terjadi pada pelaku perjalanan dari luar negeri,174 kasus transmisi lokal, dan 57 kasus masih diteliti sumber penularannya.