Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah dipicu kekhawatiran kenaikan inflasi global.
"Nilai tukar rupiah masih berpeluang mengalami tekanan terhadap dolar AS hari ini karena kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi global," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Menurut Ariston, kekhawatiran tersebut dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah karena kerusakan jalur pipa distribusi minyak mentah dari Kazakhstan di laut hitam Rusia akibat badai.
Perbaikan bisa memakan waktu dua bulan. Jalur pipa tersebut mengalirkan minyak sebanyak 1,2 juta barel per hari. Kerusakan tersebut tentu saja akan menurunkan suplai minyak mentah dunia.
"Selain itu, AS juga sedang melobi Uni Eropa untuk ikut melarang impor minyak mentah dari Rusia dan memperbesar sanksi terhadap Rusia," ujar Ariston.
Sementara itu, invasi Rusia belum akan berakhir dalam waktu dekat. Negosiasi masih belum menghasilkan kesepakatan damai sehingga gangguan suplai komoditi masih terjadi dan pertumbuhan ekonomi global bisa terganggu karena kenaikan inflasi.
"Di sisi lain, optimisme pemulihan ekonomi dalam negeri bisa menahan pelemahan nilai tukar rupiah," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini tertekan ke arah Rp14.380 per dolar AS dengan support di kisaran Rp14.377 per dolar AS.
Pada Rabu (23/3/2022) lalu, rupiah ditutup menguat tipis 1 poin atau 0,01 persen ke posisi Rp14.347 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.348 per dolar AS.
Baca juga: Dolar menguat, euro melemah, saat Biden bawa rencana sanksi ke Eropa
Baca juga: Rupiah menguat tipis di tengah ekspektasi The Fed lebih agresif
Baca juga: Kenaikan sentimen risiko dan harga komoditas bantu Aussie, tekan yen