Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore melemah menyusul terjadinya deflasi pada Oktober 2022.
"Data inflasi memberikan gambaran yang bervariasi. Di satu sisi, inflasi yang stabil pada bulan Oktober memberikan kelegaan pada BI untuk tidak menaikkan suku bunga," kata analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Di sisi lain, lanjut Lukman, meredanya ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia akan membuat rupiah semakin tidak menarik.
"Kebijakan kenaikan suku bunga BI akan semakin tertinggal dari AS yang pada FOMC minggu ini diperkirakan akan kembali agresif dengan menaikkan suku bunga sebesar 75 bps," ujar Lukman.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi sebesar 0,11 persen (month-to-month/mtm) pada Oktober 2022 atau adanya penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,87 pada September menjadi 112,75.
Penyumbang deflasi pada Oktober utamanya berasal dari penurunan harga komoditas cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras, cabai rawit, minyak goreng, tomat dan bawang merah.
Dengan terjadinya deflasi pada Oktober, maka inflasi tahun kalender Oktober 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 4,73 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Oktober 2022 terhadap Oktober 2021 sebesar 5,71 persen.
"Rupiah melemah sepenuhnya dari internal di tengah melemahnya dolar AS dan menurunnya imbal hasil obligasi AS hari ini," kata Lukman.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.624 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.611 per dolar AS hingga Rp15.620 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke posisi Rp15.647 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.596 per dolar AS.