Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 kedua di Washington DC, mengatakan negara-negara anggota G20 menegaskan kembali komitmen mereka untuk mendukung negara-negara berpenghasilan rendah dan rentan.
Negara-negara anggota G20 menyampaikan keprihatinan atas lambatnya kemajuan dalam implementasi kerangka kerja bersama, dan menyerukan agar langkah selanjutnya lebih tepat waktu, tertib, dan dapat diprediksi.
Para anggota juga menantikan kesepakatan yang tepat waktu terkait utang negara Chad dan pembentukan komite kreditur untuk Zambia.
"Negara-negara anggota G20 menyambut baik pembentukan The IMF Resilience and Sustainable Trustee dan mendorong penempatan sumbangan global sukarela senilai ratusan miliar dolar yang ambisius untuk negara-negara yang membutuhkan," imbuhnya.
Mengingat ekonomi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih dan perang di Ukraina, negara anggota G20 juga mengakui peran penting Multilateral Development Bank (MDB) untuk mendukung pembiayaan pembangunan dan mempercepat mobilisasi sektor swasta. Para anggota juga menantikan penyelesaian tinjauan kerangka kecukupan modal MDB oleh ahli independen.
Negara-negara anggota G20 juga memandang bahwa negara-negara di dunia menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga ketahanan keuangan dan arus modal berkelanjutan.
"Banyak anggota mencatat bahwa kalibrasi tanggapan kebijakan diperlukan karena peningkatan ketidakpastian. Negara anggota G20 juga menegaskan kembali komitmen mereka untuk membentuk jaring pengaman keuangan global yang kuat dan efektif, melalui pembuatan kesimpulan dari review umum kuota IMF ke-16 yang tepat waktu," ucapnya.
Baca juga: G20 dorong kerangka kerja untuk keuangan transisi
Baca juga: BI: Sektor publik dan swasta masih sulit adopsi keuangan berkelanjutan
Baca juga: Sri Mulyani sebut kolaborasi G20 maupun ASEAN perlu terus diperkuat