Surabaya (ANTARA) - Inovasi dan kreatifitas dalam mencari peluang untuk pemberdayaan masyarakat perlu terus digali dengan memaksimalkan kearifan lokal.
Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, terus mengembangkan rumah padat karya khususnya yang berada di Jalan Nias No. 110 Kecamatan Gubeng.
"Rencana ke depan, kami akan buka laundry dan sentra batik, sekaligus ada desainernya di rumah padat karya. Jadi, warga yang membeli kain batik dan ingin model seperti apa, akan dijahitkan dan hasilnya akan menjadi baju siap pakai," kata Camat Gubeng, Eko Kurniawan Purnomo di Surabaya, Senin.
Eko mengatakan, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) mengelola dan memanfaatkan aset milik Pemerintah Kota Surabaya berupa bangunan rumah untuk pemberdayaan ekonomi. Para MBR itu mengolah Rumah Padat Karya Viaduct Gubeng menjadi tempat usaha dan bisnis.
Viaduct Gubeng dimanfaatkan untuk pemberdayaan beberapa unit usaha mulai dari barbershop atau pangkas rambut, coffee shop, cuci motor dan mobil itu, ramai dikunjungi oleh anak-anak muda dan keluarga. Bahkan dalam satu hari, pendapatan Viaduct Gubeng mampu mencapai Rp3 juta.
Menurut Eko, Rumah Padat Karya Viaduct Gubeng telah menyerap 20 tenaga kerja dari MBR. Dia berupaya untuk terus berkomitmen dalam memenuhi kebutuhan tambahan penghasilan dari para MBR.
"Selain para pengunjung, kami juga terus mengundang berbagai pihak untuk datang ke Rumah Padat Karya. Per minggunya, untuk sementara tiap MBR mendapat Rp500 ribu. Jika ditotal dalam satu bulan, maka satu MBR mendapat penghasilan sebesar Rp2 juta," kata Eko.
Di Surabaya ada rumah padat karya, ini dia kiatnya
Senin, 20 Juni 2022 10:25 WIB