Houston (ANTARA) - Harga minyak anjlok hampir enam dolar pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), penurunan tertajam dalam sebulan, di tengah kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar dapat melemah karena bank-bank sentral global menaikkan suku bunga untuk melawan lonjakan inflasi, dan kerusuhan di Irak gagal mengurangi ekspor negara OPEC.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS tergelincir 5,37 dolar AS atau 5,5 persen, menjadi ditutup pada 91,64 dolar AS per barel.
Dengan inflasi mendekati wilayah dua digit di banyak ekonomi utama, bank-bank sentral dapat menggunakan kenaikan suku bunga yang lebih agresif sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar.
Bank Sentral Eropa (ECB) akan memasukkan kenaikan suku bunga 75 basis poin di antara opsi untuk pertemuan kebijakan September, kata pembuat kebijakan Estonia, Madis Muller pada Selasa (30/8/2022).
Inflasi Jerman pada Agustus naik ke level tertinggi dalam hampir 50 tahun, data menunjukkan. Bank sentral Hongaria menaikkan suku bunga dasarnya sebesar 100 basis poin menjadi 11,75 persen.
Taruhan pada kenaikan suku bunga Fed besar lainnya juga mendorong dolar. Greenback yang lebih kuat membuat minyak dalam denominasi dolar lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Harga jatuh setelah komentar dari pemasar minyak milik negara Irak SOMO bahwa ekspor minyak negara itu tidak terpengaruh oleh kerusuhan, kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Bentrokan terburuk di Baghdad dalam beberapa tahun antara kelompok-kelompok Muslim Syiah yang bersaing berlanjut untuk hari kedua sebelum mereda ketika ulama kuat Moqtada al-Sadr memerintahkan para pendukungnya untuk pulang.
SOMO mengatakan bisa mengarahkan lebih banyak minyak ke Eropa jika diperlukan.
Harga mendapat banyak tekanan ketika produsen minyak dengan pertumbuhan tercepat Rusia, Gazprom Neft, mengatakan pihaknya berencana untuk menggandakan produksi minyak di ladang Zhagrin di Siberia Barat menjadi lebih dari 110.000 barel per hari.
Investor akan memantau pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+ pada 5 September.
Arab Saudi pekan lalu meningkatkan kemungkinan pengurangan produksi dari OPEC+, yang menurut sumber bisa bertepatan dengan peningkatan pasokan dari Iran jika mencapai kesepakatan nuklir dengan Barat.
Dalam kemungkinan peningkatan pasokan lainnya, menteri perminyakan Venezuela mengatakan negara itu siap untuk melanjutkan bisnis dengan perusahaan minyak utama Chevron Corp, menambahkan bahwa kemajuan untuk meluncurkan kembali operasi tergantung pada izin dari Washington.
Dengan sebagian besar produsen sudah beroperasi pada atau di atas kapasitas dan tanda-tanda yang meningkat bahwa ekonomi global mungkin melambat, beberapa pengurangan pasokan tampaknya semakin mungkin terjadi dalam beberapa bulan mendatang, kata Matt Weller, kepala penelitian di FOREX.com dan City Index.
Stok minyak mentah AS naik, sementara stok bahan bakar turun dalam pekan terakhir, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa (30/8/2022).
Stok minyak mentah naik sekitar 593.000 barel untuk pekan yang berakhir 26 Agustus, menurut data. Stok minyak mentah AS kemungkinan akan turun dalam seminggu hingga 26 Agustus, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (29/8/2022).
Badan Informasi Energi (EIA), unit statistik Departemen Energi AS, akan merilis angkanya sendiri pada Rabu pukul 10.30 waktu setempat (14.30 GMT).
Baca juga: Minyak turun tipis, inflasi diperkirakan berdampak pada permintaan BBM
Baca juga: Minyak turun di Asia, inflasi bayangi prospek OPEC+ potong produksi
Baca juga: Harga minyak naik di Asia dipicu prospek pemangkasan produksi OPEC