Jakarta (ANTARA) - Isra Miraj merupakan waktu yang berharga bagi umat muslim sebagai tonggak sejarah islam dan kenabian Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalam (SAW).
Pada malam 27 Rajab, Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga ke Sidratil Muntaha.
Masa tersebut juga menjadi waktu duka yang sangat dalam bagi beliau atas wafatnya sang paman Abu Thalib bin Abdul Muthallib dan sang istri Sayyidah Khadijah Rabiul Anha (RA).
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan Isra Miraj merupakan sebuah tonggak dari lahirnya ibadah shalat lima waktu yang menjadi inti kepatuhan dari dua kesholehan yakni kesholehan individual dan sosial.
“Saya mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk memetik hikmah dari peristiwa Isra dan Miraj Nabi Muhammad SAW dengan menjaga komitmen keimanan dan kepatuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menjaga komitmen kerukunan umat beragama, sehingga tercipta Indonesia yang harmonis menuju bangsa yang hebat,” kata Gus Yaqut, sapaan Menag Yaqut Cholil Qoumasdi Jakarta, Sabtu.
Gus Yaqut menuturkan agama hadir untuk membebaskan manusia dari segala belenggu keburukan, kejahatan, dan kerusakan moral. Agama dan kemanusiaan bukan untuk dihadap-hadapkan, apalagi dibeda-bedakan.
Agama, lanjutnya, datang untuk memanusiakan manusia dengan cara memelihara agamanya, jiwanya, akalnya, kehormatannya, dan hartanya. Seperti ibadah shalat yang diawali dengan kekuatan tauhid “Allahu Akbar”, menjadi wujud komitmen ketauhidan dan komitmen kepatuhan secara totalitas kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala (SWT).
Kemudian shalat juga ditutup dengan kalimat salam “assalamualaikum wa rahmatullah” ke kanan dan ke kiri, menjadi wujud komitmen kedamaian, komitmen persaudaraan, komitmen kerukunan, dan komitmen merekatkan ikatan kemanusiaan.
Menurutnya, shalat merupakan wujud dari keimanan yang memberikan pengaruh positif terhadap interaksi dengan seluruh makhluk dalam menebarkan harmoni kehidupan. Sementara kesholehan sosial menjadi barometer kualitas ibadah shalat.
“Shalat sejatinya mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar. Dimana pesan di balik perintah shalat adalah bahwa hubungan agama dan kemanusiaan hidup berdampingan,” kata Menag.
Ia melanjutkan Indonesia merupakan sebuah bangsa yang dianugerahi berbagai bahasa, budaya, dan agama. Sudah sepatutnya harus mensyukuri kekuatan tersebut dan menggunakannya sebagai kekuatan untuk menjaga kerukunan.
Menjadi sebuah negara besar, tidak boleh membuat Indonesia terbelah akibat konflik. Seharusnya justru setiap pihak meneguhkan komitmen kebangsaannya.
“Inilah spirit dari makna salaam, yakni berkomitmen menjaga persaudaraan kebangsaan (ukhuwwah wathaniyyah) dan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwwah insaniyyah),” katanya.
Memaknai Isra Miraj sebagai tonggak lahirnya ibadah shalat lima waktu
Sabtu, 18 Februari 2023 13:54 WIB