New York (ANTARA) - Dolar menguat terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), bangkit kembali dari level terendah dua bulan setelah inflasi mendingin, karena imbal hasil obligasi pemerintah AS naik menyusul rilis data ekonomi AS dan komentar hawkish dari seorang pejabat Fed.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0999 dolar AS dari 1,1046 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2414 dolar AS dari 1,2523 dolar AS pada sesi sebelumnya.
Dolar AS dibeli 133,7870 yen Jepang, lebih tinggi dari 132,7800 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS meningkat menjadi 0,8939 franc Swiss dari 0,8882 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3360 dolar Kanada dari 1,3339 dolar Kanada. Dolar AS naik menjadi 10,3245 krona Swedia dari 10,2654 krona Swedia.
Gubernur Federal Reserve Christopher Wallersalah satu hawkish terbesar bank sentral pada suku bunga, dalam sebuah pidatonya pada Jumat (14/4/2023) mengatakan dia menginginkan lebih banyak pengetatan moneter meskipun ada bukti bahwa inflasi di Amerika Serikat turun dari tertinggi empat dekade.
Menurutnya, ada kebutuhan untuk terus menaikkan suku bunga karena inflasi "masih terlalu tinggi", kebijakan moneter harus tetap ketat untuk jangka waktu yang cukup lama, dan lebih lama dari yang diantisipasi pasar.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS naik pada Jumat (14/4/2023), dengan suku bunga surat utang 2-tahun merebut kembali pegangan 4,0 persen dan suku bunga obligasi 10 tahun melayang di 3,4 persen.
Meningkatnya imbal hasil obligasi pemerintah memberikan dukungan material untuk mata uang AS menjelang akhir pekan, kata Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.
University of Michigan melaporkan Jumat (14/4/2023) bahwa pembacaan awal sentimen konsumen adalah 63,5 pada April, naik dari 62,0 pada Maret. Para ekonom memperkirakan pembacaan yang tidak berubah, menurut Reuters.
"Sementara konsumen mencatat pelonggaran inflasi di antara barang tahan lama dan mobil, mereka masih memperkirakan inflasi tinggi akan bertahan, setidaknya dalam jangka pendek," kata University of Michigan dalam laporan tersebut.
Selain itu, Federal Reserve melaporkan pada Jumat (14/4/2023) bahwa produksi industri meningkat pada Maret sebesar 0,4 persen dalam basis bulan ke bulan, sementara output manufaktur turun sebesar 0,5 persen pada Maret secara bulan ke bulan.