Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meminta seluruh keluarga untuk tidak panik bila anak terkena stunting, karena kondisi anak masih bisa dikoreksi dengan cara yang tepat.
Dalam kunjungan kerjanya di Desa Mekar Sari, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, pada Jumat (26/5), Muhadjir meminta agar setiap keluarga tidak malu untuk segera memberitahu tenaga kesehatan bila anak memiliki tanda-tanda stunting supaya bisa segera ditangani.
Di sisi lain, pemerintah daerah juga harus terus berupaya memberikan berbagai intervensi supaya anak tidak terkena stunting, seperti di Kabupaten Kubu Raya.
Dirinya mengapresiasi Pemerintah Daerah setempat karena menanggung dana jaminan kesehatan masyarakat dan penangan stunting di dalam APBD untuk menurunkan angka stunting yang masih 27,6 persen berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, meski capaian itu justru berbanding terbalik dengan angka kemiskinan ekstrem di sana yang berkisar 0,38.
"Ini cukup bagus, karena semua warga miskin di sini ditanggung BPJS-nya, yang tidak dari Pemerintah Pusat, akan tetapi ditanggung dari anggaran APBD," katanya.
Terobosan lain yang dirinya apresiasi adalah pemerintah daerah secara mandiri, melakukan pengadaan USG portable yang bisa dibawa dari satu posyandu ke posyandu lain. Sehingga ibu-ibu hamil, secara periodik bisa langsung diperiksa di posyandu
"Ini untuk memastikan bahwa janin yang ada di dalam kandungan ibu tersebut aman, tidak punya potensi menjadi stunting, atau penyakit bawaan yang lain sehingga nanti ketika ada gejala-gejala itu, bisa segera di atasi," ujarnya.
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Kalbar Pintauli Romangasi Siregar mengatakan kunjungan Menko PMK menjadi penyemangat dalam upaya percepatan penurunan stunting di wilayahnya.
Sebab selain berdialog dengan warga setempat, Menko PMK juga memberikan bantuan makanan bergizi untuk anak-anak stunting di desa tersebut.
Selain itu, percepatan penurunan stunting juga mendapatkan dukungan dari jajaran Bupati Kubu Raya yang fokus pada deteksi awal melalui penanganan kesehatan ibu hamil pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Kepada calon pengantin juga dilakukan penanganan melalui petugas dari puskesmas seperti mengedukasi masyarakat agar dapat memahami bahaya stunting serta kepedulian suami. Intervensi lain terkait dengan makanan tambahan yang melibatkan semua dinas ikut bergerak termasuk dari PAUD yang ada.*