Singapura (ANTARA) - Harga minyak melemah di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, karena para pedagang menunggu lebih banyak isyarat kenaikan suku bunga dari bank sentral AS dan Eropa, dengan pengetatan pasokan dan harapan untuk stimulus China menopang Brent pada 80 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan naik masing-masing 1,5 persen dan 2,2 persen minggu lalu, kenaikan keempat minggu berturut-turut, karena pasokan diperkirakan akan mengetat setelah pemotongan OPEC+. Pertempuran juga meningkat pekan lalu di Ukraina setelah Rusia menarik diri dari perjanjian koridor laut aman yang ditengahi PBB untuk ekspor biji-bijian.
"Sementara kenaikan suku bunga Fed lainnya minggu ini dapat mendorong beberapa volatilitas harga jangka pendek, kami memperkirakan pengetatan kondisi pasar di tengah pengurangan pasokan OPEC dan meningkatnya spekulasi pasar atas stimulus lebih lanjut di China akan terus mendorong harga lebih tinggi hingga kuartal ketiga 2023," analis dari National Australian Bank mengatakan dalam sebuah catatan.
Investor telah memperkirakan kenaikan seperempat poin dari Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa minggu ini sehingga fokusnya adalah pada apa yang Ketua Fed Jerome Powell dan Presiden ECB Christine Lagarde katakan tentang kenaikan suku bunga di masa depan.
Naiknya suku bunga telah mengurangi investasi dan memperkuat greenback, membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Pelaku pasar juga memperkirakan Beijing akan menerapkan langkah-langkah stimulus yang ditargetkan untuk mendukung ekonominya yang lesu, kemungkinan meningkatkan permintaan minyak di konsumen nomor dua dunia itu.
Mengenai pasokan, Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei mengatakan pada Jumat (21/7/2023) bahwa tindakan OPEC+ untuk mendukung pasar minyak sudah cukup untuk saat ini dan grup tersebut "hanya berjarak satu panggilan telepon" jika diperlukan langkah lebih lanjut.
Pekan lalu, perusahaan-perusahaan energi AS melakukan pemotongan rig minyak terdalam sejak awal Juni, dengan unit operasi turun tujuh menjadi 530, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes, Jumat (21/7).