Jakarta (ANTARA) - Rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,10 persen atau 15 poin menjadi Rp15.185 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp15.170 per dolar AS.
Lebih lanjut, dolar AS disebut dalam posisi defensif pada Senin setelah laporan pekerjaan AS yang beragam memberikan sedikit keyakinan arah dan karena fokus pasar beralih ke data inflasi dari dua ekonomi terbesar dunia yang akan dirilis minggu ini.
Perekonomian AS menambahkan pekerjaan lebih sedikit dari yang diharapkan pada Juli 2023, tetapi mencatat kenaikan upah yang solid dan penurunan tingkat pengangguran. Data tingkat pengangguran AS menunjukkan penurunan dari sebelumnya 3,6 persen menjadi 3,5 persen, dan rata-rata upah per jam tumbuh 0,4 persen dari 0,3 persen.
“Sementara dolar jatuh ke level terendah dalam satu minggu terhadap sekeranjang mata uang setelah data kerugiannya dibatasi karena laporan tersebut menunjuk ke pasar tenaga kerja yang masih ketat, menunjukkan Federal Reserve mungkin perlu mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama,” ungkap dia.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra telah memperkirakan nilai tukar rupiah berpotensi melemah dolar AS masih terbuka pada hari ini kendati mengalami penguatan pada pembukaan perdagangan.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi menguat tipis 0,02 persen atau 2 poin menjadi Rp15.168 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.170 per dolar AS.
“(Pelemahan ini) karena sentimen pasar tidak sepenuhnya positif pagi ini. Sebagian indeks saham Asia terlihat bergerak turun, seperti Indeks Nikkei dan Kospi, nilai tukar regional juga sebagian bergerak melemah terhadap dolar AS,” ujar dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Senin.
Di samping itu, isu pelambatan ekonomi di China disebut menjadi faktor pelemah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS karena Indonesia memiliki hubungan dagang yang besar dengan China.