Houston (ANTARA) - Harga minyak bertahan stabil pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), tertekan oleh kekhawatiran kenaikan suku bunga AS lebih lanjut dapat mengurangi permintaan tetapi didukung oleh potensi gangguan pasokan akibat badai tropis di lepas Pantai Teluk AS.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober menguat 27 sen atau 0,3 persen, menjadi ditutup di 80,10 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Pada Jumat (25/8/2023), minyak mentah berjangka membukukan kerugian minggu kedua setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bank sentral AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk meredakan inflasi yang membandel.
"Masih ada kekhawatiran mengenai permintaan yang akan berkurang terutama jika kita melihat kenaikan suku bunga lagi, pasar sangat gugup," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed, akan dirilis pada Kamis (31/8/2023) dan data penggajian non-pertanian akan dirilis pada Jumat (1/9/2023).
China mengurangi separuh pajak pada perdagangan saham, namun pasar saham China menghapus sebagian besar kenaikan kuatnya pada pembukaan karena kekhawatiran yang mengganggu mengenai perekonomian yang terpuruk.
Fokus pasar minyak adalah pada "tindakan China untuk mendukung perekonomiannya, Badai Tropis Idalia menuju Florida dan apakah Brent dapat mendapatkan kembali momentumnya jika menembus di atas 85 dolar AS," kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.
Badai Tropis Idalia diperkirakan akan meningkat menjadi badai besar pada Senin (28/8/2023) saat badai tersebut meluncur menuju Pantai Teluk Florida. Beberapa pihak khawatir hal ini akan berdampak pada produksi minyak mentah di wilayah timur Pantai Teluk AS.
Dampak yang paling mungkin terjadi dari Idalia adalah pemadaman listrik selama satu atau dua hari, kata analis pasar IG Tony Sycamore. Hal itu "akan memberikan dukungan jangka pendek terhadap harga minyak", katanya, dikutip dari Reuters.
Harga minyak tetap di atas 80 dolar AS per barel didukung oleh penurunan persediaan minyak dan pengurangan pasokan dari kelompok produsen minyak OPEC+.
Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pengurangan produksi minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga Oktober, kata para analis kepada Reuters pekan lalu, seiring dengan upaya kerajaan tersebut untuk lebih mendukung pasar.