Jakarta (ANTARA) - Para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam keanggotaan ASEAN mendeklarasikan komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan di ASEAN dalam membangun ketahanan pangan dan gizi di kawasan ASEAN guna menghadapi potensi krisis.
Strategi kedua, kata Syahrul Yasin, adalah meningkatkan kesiapsiagaan ASEAN dalam mengantisipasi krisis pangan di masa datang melalui penguatan ketangguhan (resilience) dan keberlanjutan (sustainability) sistem pertanian dan pangan.
Menteri Syahrul menjelaskan deklarasi tersebut merupakan usulan ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry atau AMAF. Para menteri pertanian kawasan ASEAN melihat perlunya merespons tantangan global mulai dari pesatnya pertumbuhan populasi, pemulihan dampak pandemi COVID-19, ketegangan geopolitik, dan peningkatan intensitas perubahan iklim.
Strategi aksi cepat ketahanan pangan dan gizi dalam merespons krisis, akan dilakukan melalui beberapa langkah, salah satunya dengan mendorong setiap negara anggota ASEAN untuk memperkuat cadangan pangan berbasis sumber daya lokal (Local Resource-based Food Reserve/LRBFR) sebagai fondasi untuk membangun cadangan pangan bersama di wilayah ASEAN yang didedikasikan bagi kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
Pembahasan komprehensif LBFR tersebut akan dilaksanakan pada pertemuan the 45th ASEAN Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF) Meeting bulan Oktober 2023 mendatang.
“Perlu adanya peningkatan pasokan pangan guna menjamin ketersediaan pangan yang memadai, terjangkau, dan bergizi khususnya bagi kelompok masyarakat yang paling rentan di ASEAN. Selain itu, kami akan menguatkan program bantuan pangan darurat dan mekanisme pelepasan cadangan beras darurat di bawah kerangka ASEAN Plus Three Emergency Rice Reserves (APTERR),” ujar Syahrul.
Tak hanya itu, para anggota AMAF juga telah sepakat untuk menyusun rencana aksi ASEAN Regional Guideline on Sustainable Agriculture sebagai panduan implementasi panduan pertanian berkelanjutan di masing-masing negara ASEAN.
“Fasilitasi akses pembiayaan bagi petani skala kecil, pasokan pupuk yang memadai, dan investasi yang ditujukan untuk ketangguhan terhadap dampak perubahan iklim dan pertanian berkelanjutan juga akan terus ditingkatkan,” kata Syahrul pula.
Di samping itu program-program untuk mengatasi food loss and waste (FLW), seperti Food Rescue, Save Food, dan Food Bank juga akan terus digalakkan secara intensif.