Singapura (ANTARA) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Senin sore, karena investor fokus pada prospek pasokan yang lebih ketat setelah Moskow mengeluarkan larangan sementara ekspor bahan bakar sambil tetap waspada terhadap kenaikan suku bunga lebih lanjut yang dapat mengurangi permintaan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS memperpanjang kenaikan untuk sesi kedua berturut-turut, diperdagangkan pada 90,57 dolar AS per barel, menguat 54 sen atau 0,6 persen.
“Harga minyak mentah mengawali minggu ini dengan positif, karena pasar terus mempertimbangkan larangan sementara Rusia terhadap ekspor solar dan bensin ke dalam pasar yang sudah ketat, diimbangi dengan pesan hawkish The Fed bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama,” kata analis IG Markets, Tony Sycamore.
Kedua harga acuan minyak tersebut jatuh pada minggu lalu, menghentikan kenaikan beruntun tiga minggunya, setelah sikap agresif Federal Reserve mengguncang sektor keuangan global dan meningkatkan kekhawatiran terhadap permintaan minyak.
Harga telah naik lebih dari 10 persen dalam tiga minggu sebelumnya karena perkiraan defisit pasokan minyak mentah yang besar pada kuartal keempat setelah Arab Saudi dan Rusia memperpanjang pengurangan pasokan tambahan hingga akhir tahun.
Pekan lalu, Moskow untuk sementara waktu melarang ekspor bensin dan solar ke sebagian besar negara untuk menstabilkan pasar domestik, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan rendahnya pasokan produk terutama untuk minyak pemanas saat belahan bumi utara memasuki musim dingin.
“Berita larangan ekspor bahan bakar Rusia tampaknya sudah diperhitungkan untuk saat ini, namun dampak dari terbatasnya pasokan minyak global semakin mendalam, dengan fokus yang kuat pada kekurangan bahan bakar diesel dan kekhawatiran akan gangguan pasokan LNG yang tidak diantisipasi kemungkinan akan terus berlanjut, terutama di pasar Eropa," kata Vandana Hari, pendiri penyedia analisis pasar minyak Vanda Insights.
Di Amerika Serikat, jumlah rig minyak yang beroperasi turun delapan menjadi 507 pada minggu lalu, yang terendah sejak Februari 2022, meskipun harga lebih tinggi, menurut laporan mingguan dari Baker Hughes pada Jumat (22/9/2023).
Ekspektasi data ekonomi yang lebih baik pada minggu ini dari China, importir minyak mentah terbesar di dunia, juga mengangkat sentimen. Namun, para analis mengisyaratkan bahwa harga minyak menghadapi resistensi teknis pada level tertinggi November 2022 yang dicapai minggu lalu.
Sektor manufaktur China diperkirakan akan kembali ke mode ekspansi pada September, dengan indeks pembelian manufaktur diperkirakan naik di atas 50 untuk pertama kalinya sejak Maret, kata analis Goldman Sachs.
Sebagai tanda positif, permintaan minyak China meningkat 0,3 juta barel per hari menjadi 16,3 juta barel per hari pada minggu lalu, sebagian disebabkan oleh pemulihan bertahap dalam permintaan bahan bakar jet untuk penerbangan internasional, mereka menambahkan.