Jakarta (ANTARA) - Polusi udara tidak hanya menyebabkan gangguan pernapasan, seperti infeksi saluran pernapasan akut, asma, paru-paru basah (pneumonia), tetapi juga berdampak gangguan kesehatan organ lainnya dalam jangka panjang, kata dokter spesialis penyakit dalam RSCM Jakarta Herikurniawan.
Ia mengatakan gangguan kesehatan yang kelihatan akibat polusi udara hanyalah batuk, pilek, atau infeksi saluran pernapasan akut(ISPA), namun penyakit yang tak terlihat jauh lebih banyak, seperti serangan jantung, gangguan fungsi paru-paru dalam jangka panjang, dan kanker.
“Polusi udara dalam jangka panjang itu erat kaitannya dengan berbagai kanker, seperti kanker paru, kanker darah, dan lain-lain,” ujarnya.
Ia mengatakan polusi udara tidak secara langsung menyebabkan infeksi pada pernapasan, tetapi ketika seseorang menghirup zat polutan maka akan mengganggu pergerakan mukosiliar.
“Mukosiliar ini merupakan rambut-rambut di proses pernapasan yang berfungsi untuk clearance gitu ya, jadi kalau ada debu dan kuman yang masuk itu akan dikeluarkan oleh sistem mukosiliar ini,” ujarnya.
Dia menjelaskan ketika seseorang sering menghirup udara yang terkena polusi maka sistem mukosiliar akan terganggu dan menyebabkan fungsi paru-paru menurun.
Saat fungsi paru-paru menurun, kata Herikurniawan, organ lainnya juga perlahan ikut terinfeksi, seperti terjadinya serangan jantung.
“Termasuk kalau pada anak-anak perkembangannya terganggu, dapat berpengaruh juga pada infertilitas, kesuburan, bahkan penyumbatan pembuluh darah, seperti stroke, termasuk juga penuaan dini. Jadi itu jangka panjangnya,” ucapnya.
Ia berharap, ke depan pemerintah berkomitmen mencari solusi jangka panjang untuk menjaga level polusi udara di kategori aman.
“Jangan sampai level polusi udara terlalu tinggi karena banyak sekali dampak-dampak berbahaya, baik jangka pendeknya atau jangka panjangnya ke depan,” katanya.