"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas deformasi batuan dalam slab lempeng Banda," kata Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser naik (oblique thrust).
Daryono mengemukakan gempa yang terjadi pada Selasa (2/1) pukul 06.10 WIB itu berpusat pada koordinat 7,03 Lintang Selatan (LS) dan 129,99 Bujur Timur (BT), atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 179 km arah barat laut Tanimbar, Maluku, pada kedalaman 152 km.
"Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," katanya.
Ia menambahkan gempa bumi ini menimbulkan guncangan di daerah Amahai, Maluku Tengah, Dawelor Dawera dan Pulau-Pulau Babar, Maluku Barat Daya, dengan skala intensitas II-III MMI (Modified Mercally Intensity). Artinya getaran dirasakan nyata dalam rumah, seakan-akan truk berlalu.
"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut," katanya.
Daryono mengatakan hingga pukul 06.25 WIB, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock).
Ia mengimbau kepada masyarakat agar menghindari dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
"Periksa dan pastikan bangunan tempat tinggal anda cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum anda kembali ke dalam rumah," tuturnya.
Selain itu ia juga mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.