Jambi (ANTARA) - Universitas Jambi (UNJA) bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jambi melakukan kerjasama sekaligus meluncurkan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) bagi para mahasiswa agar dapat mengurangi resistensi mengenai hal-hal yang kurang baik.
"Melalui kegiatan ini, kehadiran PIK-R diharapkan mewujudkan kampus UNJA yang tidak hanya unggul, namun dapat memberikan dukungan kepada mahasiswanya baik secara sosial dan emosional sehingga menciptakan ekosistem kampus yang aman dan nyaman," kata Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jambi yakni Prof Supian, di Jambi Rabu.
Dalam kesempatan itu Prodi Bimbingan Konseling UNJA dan BKKBN Provinsi Jambi melakukan penandatanganan Mou (Memorandum of Understanding) dan MoA (Memorandum of Agreement) atas Launching PIK-R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) di UNJA.
"PIK-R ini sendiri akan dikelola dari, oleh, dan untuk remaja dengan tujuan memberikan pelayanan informasi dan konseling terkait perencanaan dan kehidupan berkeluarga, serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya," kata Supian.
Pentingnya memanfaatkan pusat informasi konseling ini bagi para mahasiswa agar dapat mengurangi resistensi mengenai hal-hal yang kurang baik.
“Kedepannya harus berani, keberanian itu dari segi agama juga diajarkan, harus berani melaporkan, untuk mengurangi resistensi mengenai hal-hal yang kurang baik,” ujarnya.
Supian berharap program PIK-R dari Bimbingan dan Konseling dapat menjadi harapan baru bagi para mahasiswa dengan tidak sebatas menjadi guru BK, namun membuka peluang untuk menjadi profesi strategis seperti konselor dan psikolog yang akan memberikan dampak nyata kedepannya.
Sementara itu Kepala BKKBN Provinsi Jambi Putut Riyatno di Jambi menekankan bahwa remaja perlu diberikan pendidikan dan pengendalian diri sedini mungkin untuk menghindari dan menolak segala perilaku negatif yang dapat merugikan dirinya sendiri.
“Memasuki masa remaja seperti memasuki belantara yang berbeda dari masa sebelumnya. Kehadiran teman sebaya seperti menemukan teman senasib ketika sedang merasa sendirian di hutan belantara hal ini diperlukan pendidik sebaya dan konselor sebaya agar informasi dapat disampaikan dengan tepat dan mampu menjadi tempat curhat dan diskusi yang nyaman,” katanya.