Jakarta (ANTARA Jambi) - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan bahwa praktik nepostisme tidak selalu berkonotasi negatif, terutama dalam hal menjalankan bisnis perusahaan.
"Nepotisme dalam perusahaan tidak selamanya buruk, tetapi bisa menjadi solusi untuk membangkitkan perusahaan dari keterpurukan," kata Dahlan saat menjadi pembicara pada Seminar Manajemen Bisnis Keuangan 2013 "Bisnis Keluarga Old style vs New Style" di Universitas Atmajaya, Jakarta, Selasa.
Menurut Dahlan, semua orang akan alergi dengan jargon KKN (korupsi, kolusi, dan nepostisme).
"KK (korupsi dan kolusi) benar-benar praktik yang jahat dan pasti dipidana. Tapi N (nepotisme) agak berbeda dan tidak selalu buruk," ujar Dahlan.
Ia mencontohkan nepostisme sangat berbeda ketika diterapkan pada sebuah perusahaan milik keturunan Tionghoa.
Pada perusahaan itu sering kali seorang anak pengusaha justru dianggap tidak merupakan bagian dari keluarga ketika melakukan kesalahan.
"Saat tertentu hubungan keluarga dalam bisnis tidak begitu penting. Maka, ada yang menyebut bisnis adalah bisnis, keluarga, ya, keluarga. Tapi bisnis itu saklek," ujarnya.
Meski demikian, mantan Dirut PT PLN ini mengakui saat tertentu tetap akan memilih keluarga sendiri untuk menjalankan bisnis daripada orang lain.
Pada seminar yang diikuti sekitar 400 orang mahasiswa dan dosen Atmajaya tersebut, Dahlan pun membeberkan kisahnya dalam menjalankan bisnis yang saat ini mencapai sekitar 100 perusahaan.
Dengan latar belakang ayahnya seorang buruh tani dan ibunya buruh batik, Dahlan mengaku sesungguhnya tidak memiliki jiwa wirausaha.
Awalnya dia membeli perusahaan yang hampir bangkrut, kemudian dikembangkan dengan kerja keras dan tekun perlahan bisa bangkit.
"Perusahaan waktu itu masih sangat kecil. Namun, dikelola dengan baik, fokus, dan kerja keras maka bisa berkembang seperti sekarang ini," ujar Dahlan.
Pada kesempatan itu, Dahlan memberikan berbagai tips untuk menjadi seorang wirausaha yang tahan banting.
"Sleep with the business. Perusahaan harus dikeloni, kerja terus-menerus dan fokus, maka hasilnya memuaskan," ujarnya.
Dahlan juga menyebutkan bahwa menjadi pengusaha secara alamiah harus pernah merasakan jatuh bangun, bahkan harus sering ditipu.
"Dengan sering ditipu, kita bisa mencari cara bagaimana agar tidak kembali tertipu. Ini tips yang bisa dilakukan siapa saja, tanpa kecuali dan tanpa latar belakang seorang anak penusaha atau tidak," ujarnya.(Ant)