Jakarta (ANTARA Jambi) - Investasi pada sektor ekonomi hijau ditargetkan mampu mencapai Rp343 trilyun (30 milyar dolar AS) per tahun untuk mempercepat transisi ke model pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan memastikan kesejahteraan puluhan juta orang di negara-negara berkembang, demikian laporan dua badan PBB yang disiarkan pada Jumat di Jakarta.
Untuk mencapai target yang diharapkan tercapai pada 2020 mendatang itu, International Resource Panel (IRP) dan Program PBB REDD merekomendasikan keterlibatan aktif pihak swasta dan badan-badan internasional dengan koordinasi pemerintah masing-masing negara.
Dalam laporan berjudul "Building Natural Capital: How REDD+ Can Support a Green Economy" itu, IRP dan Program PBB REDD memperingatkan bahwa 13,7 juta orang di seluruh dunia yang bekerja di sektor kehutanan akan terancam kehilangan mata pencahariannya jika aktor-aktor yang terlibat masih menerapkan model ekonomi konvensional yang cenderung tidak ramah terhadap hutan.
"Ekonomi hijau adalah model yang tidak kalah menguntungkan dibandingkan dengan ekonomi konvensional. Faktanya, perdagangan produk-produk hutan non-kayu nilainya dapat mencapai 14 milyar dolar AS dan menyediakan empat juta lapangan pekerjaan baru setiap tahunnya," tulis laporan tersebut.
Namun meskipun menjadi jantung perekonomian di sebagian negara, luas hutan berkurang 13 juta hektar tiap tahunnya pada 2000-2010 lalu (atau setara dengan penghancuran tiga lapangan sepakbola setiap detik selama 10 tahun).
Sampai saat ini, REDD+--yang merupakan program dari PBB untuk membantu transisi ke model ekonomi hijau--hanya mendapat pendanaan 6,27 milyar dolar AS. Laporan "Building Natural Capital" dirilis untuk menunjukkan bahwa program tersebut dapat meningkatkan jumlah keuntungan dalam jangka panjang sehingga pihak swasta akan semakin tertarik berinvestasi pada aktivitas ekonomi yang didukung REDD+.
Laporan itu menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi yang direkomendasikan REDD+ dapat dirancang untuk meningkatkan pendapatan dengan menaikkan produktivitas tanah, membangun industri-industri ramah lingkungan, dan memicu tumbuhnya pariwisata alam.
"Sebagai contoh, paket kebijakan untuk menstimulus manajemen hutan berkelanjutan dapat menyediakan lapangan pekerjaan sebanyak 16 juta secara global. Selain itu, reboisasi 15 persen hutan yang sudah gundul dapat meningkatkan pendapatan masyarakat terpencil sebanyak dua kali lipat sebagaimana terjadi di Tanzania," tulis "Building Natural Capital."
DI Indonesia sendiri, pemerintah sudah berkomitmen untuk mendukung program REDD+ dengan merencanakan pengurangan gas emisi rumah kaca sebesar 26 persen pada 2020 sambil tetap mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar tujuh persen setiap tahunnya. (Ant)