Jambi (Antaranews Jambi) - Pertumbuhan pasar industri kertas cetak di Indonesia sedikit melambat akibat semakin berkembangnya teknologi di era digital, kata Ketua Umum Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Aryan Warga Dalam.
"Pada era digital seperti sekarang ini berpengaruh terhadap pertumbuhan pasar industri kertas cetak yang sedikit melambat, karena sekarang tidak dipungkiri orang sudah cenderung beralih ke digital," katanya di Jambi, Rabu.
Dalam workshop dan pelatihan menulis "Kertas dan Peradaban" yang dinisasi Asian Pulp and Paper (APP Sinarmas) bekerjasama dengan Qureta itu, Aryan mengatakan dalam tantangan era digital itu, juga telah berimbas pada pertumbuhan pasar khususnya kertas untuk cetak koran.
Dan bahkan permintaan pasar khusus untuk kertas cetak koran sudah mulai menurun atau hanya berkisar lima persen.
"Sekarang sudah ada pengaruhnya, terutama khusus permintaan kertas cetak untuk koran yang mengalami penurunan sekitar lima persen," katanya dihadapan puluhan peserta workshop dan peserta pelatihan menulis.
Meskipun terjadi penurunan terhadap permintaan pasar kertas cetak, namun pihaknya menilai industri pulp dan kertas masih menjadi sektor unggulan dan prioritas di Indonesia.
"Industri pulp dan kertas di Indonesia masih menjadi prioritas, karena masih ada permintaan untuk kertas tissue yang justru masih mengalami pertumbuhan dengan baik," kata dia.
Menurut dia, pertumbuhan permintaan pasar untuk kertas tissue dinilai masih cukup baik atau sekitar tiga persen seiring dengan gaya hidup masyarakat yang lebih cenderung menggunakan tissue.
"Industri pulp dan kertas masih unggul, karena masih ada permintaan berbagai jenis dan produk kertas lainnya yang masih banyak untuk keperluan lain," kata Aryan.
Perusahaan Berhenti Beroperasi.
Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) menyebutkan, sebanyak 15 perusahaan yang bergerak pada sektor industri pulp dan kertas di Indonesia berhenti beroperasi karena sejumlah faktor.
"Tidak beroperasinya 15 perusahaan industri pulp dan kertas di Indonesia karena sejumlah faktor, antara lain lebih kepada kondisi masalah pengelolaan perusahaan itu sendiri (pailit)," kata Ketua Umum APKI, Aryan Warga Dalam.
Aryan mengatakan, dari total 85 izin perusahaan pulp dan kertas yang tercatat beroperasi di Indonesia saat ini yang aktif adalah sebanyak 70 perusahaan.
"Tahun ini catatan kami ada 15 perusahaan tidak beroperasi," kata Aryan tanpa merinci nama-nama perusahaan pulp dan kertas yang berhenti beroperasi itu.
Dari 70 perusahaan pulp dan kertas yang masih aktif beroperasi itu, pihaknya merincikan diantaranya dua perusahaan bergerak disektor pengolahan pulp, enam perusahaan disektor pengolahan pulp dan kertas (terintegrasi) dan 62 perusahaan disektor pengolahan industri kertas.
Sementara itu, dari perusahaan yang aktif itu saat ini memiliki kapasitas produksi untuk industri pulp sebesar 8,3 juta ton dan kapasitas industri kertas secara nasional sebanyak 10,43 juta ton per tahun.
"Berdasarkan catatan kami pada tahun 2017 dari perusahaan yang aktif itu mampu memproduksi pulp sebanyak 7,1 juta ton dan produksi kertas sebanyak 10,6 juta ton," katanya menjelaskan.
Adapun negara tujuan ekspor dari hasil industri pulp itu masih didominasi ke Tiongkok dan Korea, kemudian untuk ekspor kertas masih didominasi ke Jepang dan Amerika Serikat.
Selain itu, pihaknya mengklaim bahwa peluang industri pulp dan kertas ke depan masih terbuka lebar karena sesuai dengan konsumsi kertas masyarakat di Indonesia yang dinilai saat ini masih rendah.
"Kami meyakini industri pulp dan kertas masih punya peluang, karena konsumsi kertas di Indonesia per kapita hanya 32,6 kilogram dan kondisi ini masih rendah dibandingkan dengan negara maju lainnya," kata Aryan.
APKI mencatat sekitar 60 persen dari produksi pulp dan kertas dalam negeri diekspor dan nilai ekspor kertas nasional pada tahun 2016 mencapai 3,4 miliar dollar AS, sementara nilai ekspor pulp sebesar 1,5 miliar dollar AS.
Hasil ekspor tersebut kata dia, menempatkan Indonesia sebagai produsen pulp terbesar ke-9 dunia, dan untuk produksi kertas, Indonesia berada di posisi enam dunia, katanya menambahkan.
APKI : pertumbuhan pasar kertas cetak melambat
Rabu, 10 Januari 2018 10:19 WIB