"Dalam tiga hari, total ada 23 judul buku dari penerbit Bandung dan Jakarta yang hak penerbitan dan penerjemahannya dibeli penerbit Singapura, Inggris, dan Malaysia," kata Thomas Nung Atasana, yang mewakili Ikatan Penerbit Indonesia di Olympia, London, Kamis.
Dia menambahkan, pada hari pertama, hak penerjemahan dan penerbitan 12 judul buku dibeli oleh penerbit dari Singapura. Hari kedua terjadi sembilan transaksi dan hari ketiga ada dua transaksi hak penerbitan dan penerjemahan.
Buku-buku dari penerbit Indonesia yang diminati penerbit luar negeri adalah buku pelajaran sekolah tentang bahasa mandarin, buku fiksi atau cerita anak dengan konten pendidikan akhlak keislaman.
Kehadiran Indonesia yang diorganisasikan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta didukung Komisi Nasional Buku dan The British Council dalam LBF 2019 cukup strategis karena Indonesia diundang sebagai Fokus Pasar.
Thomas mengatakan di samping 22 judul buku yang sudah disepakati untuk diterbitkan oleh sejumlah penerbit di Inggris, ada pula 187 judul buku terbitan Indonesia yang diminati penerbit asing.
Bekraf menargetkan 50 kesepakatan penjualan hak terjemahan buku-buku terbitan Indonesia oleh penerbit luar negeri dalam kesempatan LBF 2019 ini.
Dalam ajang yang memang diperuntukkan transaksi hak penerbitan di antara para penerbit dunia itu, ribuan penerbit seluruh dunia saling bertransaksi jual-beli hak terjemahan.
Rincian kesepakatan pembelian hak terbit dalam bentuk terjemahan oleh penerbit asing itu adalah sebagai berikut: Penerbit Asta Ilmu Publishing berhasil melakukan kesepakatan 12 judul buku kepada penerbit di Singapura dan 39 perjanjian untuk menindaklanjutinya sebagai kesepakatan alias meminati 39 judul buku dengan penerbit di Inggris, Korea, dan China.
Sebanyak sembilan kesepakatan pembelian hak penerbitan dan penerjemahan buku yang terjadi pada hari kedua LBF 2019 adalah delapan judul dari penerbit Mizan yang dibeli penerbit Inggris dan satu judul dari Kepustakaan Populer Gramedia yang dibeli penerbit dari Portugal.
Sementara itu, pada hari ketiga terjadi transaksi pembelian hak penerbitan dan penerjemahan atas dua judul buku dari penerbit Rumah Pensil Bandung oleh penerbit dari Malaysia.
Di samping itu, 45 judul buku dari penerbit Mizan yang terkenal lewat buku-buku bertema religius keislaman diminati penerbit dari Inggris, Turki, dan Jepang.
Sebanyak 23 judul buku dari Penerbit Gramedia juga diminati oleh penerbit dari Amerika, China, Taiwan, Inggris, dan Korea.
Serta, 10 judul terbitan Lontar, penerbit milik Yayasan Lontar yang menerbitkan karya-karya sastra dari pengarang kenamaan di Tanah Air, telah diminati oleh penerbit dari Italia, Inggris, dan Turki.
Selain keempat penerbit itu, juga ada 16 penerbit dari Indonesia yang produknya diminati untuk diterbitkan di negara lain.
Selain kepada pihak institusional, para penerbit Indonesia juga mencoba melakukan transaksi dengan menawarkan hak penerbitan mereka kepada individu yang menjadi broker bagi pihak ketiga atau penerbit internasional yang tak sempat ikut serta dalam LBF 2019.
Pemilik penerbitan Asta Ilmu Publishing, Anna, mengatakan buku-buku terbitannya yang berhasil dibeli hak terjemahannya oleh penerbit asing adalah bertema pelajaran bahasa Mandarin.
"Singapura Asia Publisher telah menyepakati untuk membeli hak terbitan terjemahan buku-buku kami. Umumnya, buku-buku tentang pelajaran bahasa Mandarin," tuturnya di konter penjualan hak cipta Indonesia Fokus Market.
Baca juga: Penerbit asing beli 12 hak penerbitan buku Indonesia
Baca juga: 450 karya penulis Indonesia ditampilkan pada "London Book Fair" 2019