Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Resor Agam, Syahrial Tanjung didampingi Pengendali Ekosistem Hutan, Ade Putra di Lubukbasung, Selasa, mengatakan berdasarkan pemantauan di lapangan terlihat keseluruhan telur telah menetas.
"Ini terlihat dari kerabang telor yang ada di sarang. Anak buaya tersebut berkeliaran di sekitar sarang dengan ukuran berkisar antara 20 centimeter," katanya.
Ia mengatakan pihaknya belum dapat memastikan jumlah individu anak buaya tersebut, karena induknya masih mengawasi dan menjaganya dengan agresif.
Apabila mendekat, menurut dia, maka induk buaya dengan panjang empat meter itu akan menyerang untuk melindungi anak-anaknya.
"Kami akan memantau secara ketat dan intensif anak buaya itu untuk beberapa hari ke depan," katanya.
Syahrial mengatakan pemantauan ini untuk memastikan anak-anak satwa dilindungi tersebut kembali ke rawa habitatnya semula yang berjarak 300 meter dari lokasi sarang tersebut.
Dia memperkirakan dalam satu minggu ini anak dan induk buaya akan ke rawa. Anak buaya ini bertahan hidup sampai dewasa sekitar 50 persen akibat dimangsa satwa lain dan buaya dewasa.
Ia menambahkan, buaya muara dengan panjang sekitar empat meter itu ditemukan warga bertelur di lahan sawit pada Jumat (4/1) sekitar pukul 11.00 WIB.
Atas temuan itu, warga melaporkan ke Bhabinkamtibmas Nagari Tiku Lima Jorong dan Bhabinkamtibmas langsung memberikan informasi ke BKSDA.
Pihaknya langsung ke lokasi dan rupanya buaya itu sedang bertelur. BKSDA memasang papan imbauan dan melakukan pemantauan secara intensif di lokasi itu karena buaya akan menungui telur tersebut sampai menetas.
"Telur buaya menetas sesuai prediksi kita sekitat 80 hari atau pada awal April 2019," katanya.