Yogyakarta (ANTARA) - Pendiri Aloe Land Alan Efendhi mengatakan budi daya Lidah Buaya atau Aloevera menjadi lahan yang pas bagi para petani muda untuk memulai terjun ke industri pertanian.
"Ini sangat cocok banget untuk generasi tani muda, karena mudah secara budidayanya dan produknya juga sangat bervariatif," kata Alan Efendhi di Padukuhan Jeruklegi, Kalurahan Katongan, Nglipar, Gunungkidul, Yogyakarta, Rabu.
Menurut dia, tanaman Lidah Buaya tidak memerlukan banyak perhatian seperti tanaman lainnya. Para petani Lidah Buaya hanya perlu memperhatikan kualitas air dan juga pupuk yang harus diganti setiap lima bulan sekali.
Pada saat musim penghujan seperti saat ini, pihaknya justru tidak pernah menyirami tanaman tersebut yang biasa dilakukan setiap 3-4 hari sekali. Hal tersebut karena kadar air dari hujan sudah cukup memenuhi kebutuhan dari tanaman tersebut.
"Kalau yang harus diperhatikan itu adalah air hujan jangan sampai menggenang di tanaman tersebut. Kalau menggenang bisa rusak," ujar dia.
Pria berusia 36 tahun ini melakukan budi daya Lidah Buaya secara otodidak setelah memutuskan untuk berhenti bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta sejak 10 tahun lalu.
Menurutnya, budi daya Lidah Buaya memiliki banyak manfaat dan begitu pula produk turunannya, sehingga peluang untuk bersaing di industri masih sangat terbuka lebar.
"Produk-produk yang dapat dihasilkan dari tanaman ini seperti untuk produk kecantikan, kesehatan, dan juga makanan dan minuman seperti dawet dan juga lainnya," ujar dia.
Untuk diketahui bersama, Aloe Land merupakan lahan edukasi pertanian budi daya Lidah Buaya yang bisa dimanfaatkan oleh para pengunjung yang penasaran dengan budi daya tanaman tersebut. Lokasi ini sudah ada sejak 2023 bersama dengan Dompet Dhuafa yang melakukan pendampingan kepada kelompok tani tersebut melalui berbagai fasilitas guna mengaktifkan masyarakat di daerah itu.