Jakarta (ANTARA) - Jumlah kunjungan dan perawatan pasien di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah pada tahun 2019 ini mengalami penurunan sekitar 20 persen jika dibandingkan pada masa pelaksanaan ibadah haji yang sama tahun lalu.
"Jadi kalau kita bandingkan dengan tahun lalu, ada penurunan jumlah kunjungan maupun jumlah yang dirawat di KKHI. Penurunan ini sekitar 20 persen. Jadi alhamdulillah jamaah haji tahun ini kondisinya kesehatannya lebih baik,” terang Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Makkah, dr. Muhammad Imran dalam siaran pers Kementerian Kesehatan yang diterima di Jakarta, Selasa.Menurut Imran, penurunan ini tidak lepas dari faktor status kesehatan jamaah haji dan juga peranan petugas di kelompok terbang (kloter) dan nonkloter.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu Kesehatan (Siskohatkes) pada Minggu (21/7) pukul 00.00 waktu setempat, KKHI Makkah sudah melayani 76 jamaah haji.
Sebanyak 61 orang di antaranya sudah dipulangkan kembali ke kloternya, sementara 15 orang lainnya masih menjalani rawat inap. Sedangkan jamaah haji Indonesia yang masih dirawat inap di RS Arab Saudi sampai dengan saat ini ada 21 orang.
Ada perbedaan kasus atau penyakit yang terjadi di kloter, KKHI Makkah dan RS Arab Saudi. Kasus terbanyak yang terjadi di kloter dan paling sering dikeluhkan jamaah ialah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Sementara yang banyak dilayani di KKHI Makkah adalah jemaah dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dan demensia. Sedikit berbeda dengan di RS Arab Saudi yang banyak menangani kasus pneumonia dan jantung.
Imran menjelaskan penetapan istithaah kesehatan yang sudah dimulai dari tanah air menjadi salah satu penyumbang penurunan jumlah jamaah yang dirawat.
Sebelum jamaah haji berangkat sudah dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui dan mengukur tingkat kesehatan dan kebugarannya. Petugas kesehatan di daerah juga beberapa kali melakukan pembinaan dalam bentuk penyuluhan dan konsultasi kesehatan kepada jamaah.
Dengan demikian jamaah tidak hanya menyadari pentingnya kesehatannya tapi juga memiliki bekal pengetahuan dan wawasan akan pentingnya berperilaku hidup bersih dan sehat utamanya selama berada di Arab Saudi.
“Ini sudah dibekali sejak di tanah air. Kemudian mereka berangkat ke Arab Saudi walaupun dengan jamaah yang tergolong risiko tinggi lebih dari 60 persen, setibanya di arab saudi, mereka sudah menggunakan alat pelindung diri,” kata dia.
Faktor lainnya, lanjut Imran, yaitu dari sisi petugas dalam memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan yang terus dilakukan hingga di Arab Saudi. Imbauan-imbauan untuk menjaga kesehatan sering digaungkan dan selalu disampaikan sejak kedatangan jamaah di bandara hingga ke pondokan atau hotel tempat jamaah menginap.
Tugas ini dilakukan bersama-sama oleh petugas dalam kloter seperti Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) dan pembimbing ibadah maupun petugas non kloter atau Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) bidang kesehatan, baik itu Tim Promotif Preventif (TPP), Tim Gerak Cepat (TGC) dan Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR) yang saling bahu-membahu melayani jamaah.
Dengan begitu, determinan kesadaran jamaah dan kontribusi petugas menjadikan kondisi kesehatan jemaah haji Indonesia tahun ini secara umum dapat dikatakan lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.