Jakarta (ANTARA) - Kelelawar memiliki virus COVID-19 di dalam tubuhnya tapi tidak mengalami sakit karena sistem imunitasnya yang mengalami mutasi yang menguntungkan mereka, kata peneliti mikrobiologi Suigiyono Saputra.
Hal itu berbeda dengan manusia, yang ketika mendapatkan infeksi, sistem imunnya langsung bekerja dan memberikan reaksi sehingga menimbulkan gejala bahwa tubuh sedang tidak sehat.
Baca juga: IHSG akhir pekan melemah tipis, dipicu penyebaran agresif Virus Corona
Sedangkan dalam kelelawar, jika terjadi infeksi, tubuhnya tidak akan terlalu reaktif ketika ada virus baru yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, tubuh hewan itu memungkinkan terjadinya re-infeksi yang membuat mereka terjangkit virus yang sama.
Tapi, karena sensor yang melemah tersebut membuat mereka menjadi tidak sakit meski itu terjadi.
"Hal itu memungkinkan mereka untuk mengakumulasi begitu banyak patogen di dalam tubuhnya," kata Sugiyono.
Kelelawar memang memiliki kandungan virus COVID-19 di tubuhnya dan menjadi salah satu inang utama dari virus tersebut. COVID-19 di kelelawar disebut bisa menulari hewan lain yang kemudian dapat menulari manusia.
Baca juga: Rupiah Jumat sore menguat tipis 1 poin, terimbas sentimen Virus Corona
Dalam kasus SARS yang terjadi pada 2002 dan COVID-19 yang kini sedang mewabah, keduanya disebut mulai mewabah karena infeksi dari hewan kedua yang terinfeksi COVID-19 dari kelelawar.
Dalam kasus SARS, musang disebut sebagai inang perantara untuk virus yang menyerang sistem pernapasan itu.
Sementara itu, South China Agricultural University menyampaikan hasil penelitian terbaru mereka yang menyimpulkan urutan genom virus COVID-19 dari trenggiling dalam penelitian 99 persen identik dengan yang diambil dari pasien yang terinfeksi COVID-19.
Peneliti menyimpulkan trenggiling kemungkinan menjadi inang perantara yang memungkinkan infeksi terhadap manusia setelah mendapatkannya dari kelelawar sebagai inang utama.
Baca juga: Usai menjalani karantina, ratusan WN Prancis diizinkan pulang