JAMBI (ANTARA) - Selain kayu, salah satu hasil hutanyang dimanfaatkan untuk furniture dan kerajinan adalah rotan yang merupakan tumbuhan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang tumbuh subur di rimba Indonesia.
Tumbuhan merambat keluarga tumbuhan palmae ini menjadi komoditas utama di hutan-hutan Kalimantan, Sulawesi Papua dan Sumatera
Salah seorang pengrajin furniture Agus Kuswanto (36) warga Kelurahan Tempino, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, masih bertahan berprofesi sebagai pengerajin rotan dan lidi..
"Usaha ini sebelumnya sudah dijalankan sama orang tua yang ada di Lampung, kebetulan saya berkeluarga di Jambi, jadi saya coba untuk meneruskan usaha ini di sini, ", kata Agus. Rabu (30/9).
Ia mengaku menjadikan rotan dan lidi sapu sebagai bahan baku produknya.
Bahan Rotan yang digunakan dibeli langsung dari masyarakat di daerah Jalan Baru dan Sungai Jerat dengan harga Rp5.000 perkilogram dan lidi sawit dibeli di daerah Sungai Bahar dengan harga Rp. 3.500 perkilogramnya.
"saya ambil langsung dari masyarakat aja lebih ekonomis ketimbang membeli dari gudang karena perbedaan harga yang lumayan cukup jauh, untuk digudang itu harga rotan bisa Rp. 15.000 sampai 18.000 perkilogramnya yang sudah siap olah".
Agus kuswanto memanfaatkan warga sekitar untuk dijadikan karyawannya yang terlebih dahulu diberi pelatihan oleh Agus langsung dengan bekerja dari rumah mereka masing-masing.
Selain memiliki keahlian sendiri, ia juga dibantu 10 orang pekerja. Umumnya mereka warga sekitar lokasi usahanya, dan memberikan penghasilan tambahan bagi warga di sana..
Sejumlah produk anyaman dari rotan dan lidi sawit yang dibuat oleh Agus Kuswanto diantaranya, tudung saji, tong sampah, pot bunga, kursi, piring lidi, sapu, parsel dll dengan harga yang bervariasi.
"Harga itu bervariasi, kalau lidi itu dari harga yang paling murah Rp. 5.000 sampai dengan Rp. 50.000, kalau yang rotan dari harga Rp. 25.000 sampai 1 jutaan, tergantung besar kecilnya ukuran dan tingkat kerumitannya," kata Agus.
Ia juga menerima pesanan dalam jumlah besar dan grosiran. Harga bisa menyesuaikan tergantung dari jumlah pesanan item yang diminta.
Selain membuka toko di rumah Agus juga memasarkan hasil anyamanya melalu jejaring media sosial dari facebook dan instagram karena jangkauannya yang luas.
Ia menggaku omsetnya turun naik setiap bulannya, namun berkisar Rp3 juta hingga Rp4 juta per bulan.
"Ya namanya usaha, penjualan kadang bagus kadang sedang turun," kata Agus menambahkan.
Agus Kuswanto setia produksi anyaman berbahan baku rotan
Kamis, 1 Oktober 2020 9:37 WIB