Jakarta (ANTARA) - Film merupakan alat komunikasi massa yang muncul pada akhir abad ke-19. Karya sebuah film tidak terbatas ruang lingkupnya di mana di dalamnya menjadi ruang ekspresi bebas dalam sebuah proses pembelajaran massa.
Namun, industri film yang identik dengan peran yang dimainkan para pesohor tidak selamanya megah. Saat pandemi COVID-19, industri film menjadi salah satu sektor usaha sangat terpuruk, dari produksi hingga penayangannya pun terkendala aturan yang harus dijalankan saat pandemi.Melihat fenomena mati surinya film Indonesia itulah, Menteri BUMN Erick Thohir ingin membantu pengembangan ekosistem perfilman Indonesia yang terhantam pandemi Covid-19.
Sebelumnya sejumlah sineas yang tergabung dalam Insan Film Indonesia menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk meminta dukungan dan bantuan agar mereka bisa kembali berkarya untuk membangkitkan industri layar lebar di tengah pandemi COVID-19.
Surat tertanggal 5 Maret 2021 itu viral di jagat maya usai diunggah oleh banyak sineas dan insan film Tanah Air di sosial media mereka, di antaranya Mira Lesmana, Hanung Bramantyo, Joko Anwar, Ernest Prakasa, Mawar Eva De Jong, Syakir Daulay, Zaskia Adya Mecca, Dian Sastrowardoyo, dan Adipati Dolken.
Dalam surat tersebut, Insan Film Indonesia menyampaikan kondisi industri film Tanah Air yang terhantam pandemi COVID-19, di mana puluhan ribu pekerja film kesulitan bertahan hidup akibat terhambatnya proses produksi film.
Insan Film Indonesia ingin tetap bertahan hingga pandemi berakhir agar perfilman Tanah Air tidak tertinggal jauh dan bisa langsung meneruskan laju perekonomian.
Dukungan dari pemerintah diharapkan akan membuat Insan Film Indonesia bisa terus bekerja membuat film, menayangkan, dan memberikan rasa aman ke penonton untuk kembali ke bioskop.
Melihat kondisi yang menimpa dunia perfilman tersebut, tentu saja mendorong Erick Thohir selaku Menteri BUMN untuk berkomitmen bersama-sama di Kementerian BUMN yang juga ingin membantu membangun ekosistem yang baik bagi perfilman Indonesia.
Erick menilai bahwa film menjadi salah satu media yang dapat berperan dalam membangun nasionalisme masyarakat. Dengan demikian Menteri BUMN tersebut berharap sineas nasional bisa memproduksi film perjuangan setiap tahunnya.
Agregator film nasional
Lalu bagaimana langkah Erick membangun ekosistem dunia perfilman Indonesia?
Menteri BUMN Erick Thohir setidaknya memaparkan tiga cara atau strategi dalam membangun ekosistem dunia perfilman Indonesia, salah satu caranya yakni mendorong BUMN telekomunikasi yakni Telkom bersama anak usahanya Telkomsel menjadi agregator bagi konten lokal, terutama film nasional.
Peran Telkom dan Telkomsel sebagai agregator bagi film lokal di sini adalah dengan menyiarkan, membeli hak ciptanya, turut membantu promosi dan distribusi, serta sebagainya.
Rencana Telkom dan Telkomsel sebagai agregator bagi film-film Indonesia bertujuan untuk menciptakan market driven, di mana nantinya distribusi dan pembelian film serta konten dari komunitas yang dibiayai oleh BUMN Produksi Film Negara atau PFN, akan dilakukan oleh Telkom.
Tentu saja peran agregator yang akan dilakoni oleh Telkom dan Telkomsel ini tidak membuat kedua BUMN telekomunikasi tersebut meninggalkan fokus bisnis intinya dalam sektor telekomunikasi.
Justru dengan kekuatan pada bisnis intinya sebagai pembangun infrastruktur telekomunikasi dan jaringan Internet yang luas bakal memudahkan peran Telkom-Telkomsel sebagai agregator film nasional, terutama dalam promosi dan pendistribusian melalui kanal-kanal dunia maya.
Hal lainnya yang perlu dicermati dalam rencana ini adalah keinginan Erick Thohir untuk mengubah Telkom-Telkomsel menjadi pemain yang berbeda dalam bisnis telekomunikasi.
Menteri BUMN tersebut mencoba memastikan dengan ekspansi pasar, infrastruktur yang ada di Telkom dan Telkomsel. Mengingat saat ini Telkom dan Telkomsel berbisnis di sektor telekomunikasi yang akan tenggelam atau sunset.
Transformasi PFN
Rencana strategi kedua Erick dalam membangun ekosistem dunia perfilman Indonesia adalah melakukan transformasi Produksi Film Negara atau PFN sebagai lembaga pembiayaan film Indonesia.
Erick Thohir menyebut kalau PFN juga bikin film, maka itu sama saja bohong. Tetapi sinergi PFN sendiri harus didukung oleh BUMN lainnya, seperti Telkom mengingat saat ini merupakan era Netflix dan kanal-kanal streaming yang merajai dunia konten serta perfilman.
PFN yang nantinya berperan sebagai lembaga pembiayaan perfilman dan konten juga akan didorong oleh Kementerian BUMN untuk berkolaborasi dan bersinergi dengan para sineas dan komunitas perfilman di Indonesia.
Membuat film sendiri memang tidaklah mudah, selain membutuhkan talent aktor, sutradara dan tim produksi yang tepat, produksi film juga membutuhkan biaya yang sangat besar.
Terkait pembiayaan film, beragam pihak-pihak terkadang berpikir dua kali dahulu untuk menginvestasikan dananya ke dalam sektor ekonomi kreatif tersebut.
Pasalnya ketika berinvestasi dalam sebuah produksi film, hasil atau omzet yang diharapkan terkadang tidak memenuhi ekspektasi ketika film tersebut sudah mulai diputar dan didistribusikan. Contohnya jika sepuluh kali membuat film, maka risikonya adalah 9 film gagal dan hanya satu film yang untung.
Dalam kondisi inilah dibutuhkan sebuah lembaga pembiayaan perfilman dan konten yang rencananya bakal menjadi bisnis inti PFN. Dengan demikian melalui perannya sebagai lembaga keuangan perfilman maka PFN akan mengarah dan masuk ke klaster jasa keuangan nantinya.
Posisi PFN sebagai lembaga pembiayaan film tentunya diharapkan dapat mendorong produksi-produksi film nasional semakin lebih banyak, sehingga dapat semakin mendominasi pasar perfilman Tanah Air.
Bioskop protokol kesehatan
Strategi terakhir Erick dalam membantu membangun ekosistem perfilman Indonesia adalah dengan mengajak kembali masyarakat untuk tidak takut nonton kembali di bioskop.
Seperti diketahui selama pandemi Covid-19, bisnis bioskop sama sekali tidak bisa berjalan dan membuat masyarakat takut akan risiko tertular virus mematikan tersebut jika menonton di bioskop.
Tentu saja ini mendorong Menteri BUMN Erick Thohir yang juga Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional untuk mengajak kembali masyarakat kembali ke bioskop, asalkan tetap menjalankan disiplin protokol kesehatan.
"Saya berharap ayo kembali datang ke bioskop sambil tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan dengan memakai masker, rajin mencuci tangan dan menjaga jarak," kata Erick.
Dia mengingatkan bahwa prinsip gotong royong dan disiplin menjalankan protokol kesehatan sebagai kunci melewati masa pandemi COVID-19.
Bioskop memang menjadi faktor kunci terakhir dalam mendorong pembangunan ekosistem perfilman mengingat peran bioskop sebagai salah satu kanal distribusi.
Kendati saat ini dunia konten serta perfilman sudah memasuki era Netflix dan streaming, peran bioskop tidak bisa digantikan mengingat barometer apakah sebuah film tersebut meraih pendapatan box office atau tidak masih ditentukan lewat pemutaran di bioskop.
Dengan dapat disimpulkan bahwa tiga strategi besar Erick Thohir dalam membangun ekosistem perfilman terdiri dari mendorong Telkom-Telkomsel sebagai agregator film nasional, transformasi PFN menjadi lembaga pembiayaan film, dan penegakan protokol kesehatan di bioskop.
Strategi pertama yakni mendorong Telkom dan Telkomsel menjadi agregator bagi film nasional bertujuan untuk mempromosikan, mendistribusikan sekaligus melindungi kekayaan intelektual bangsa di ranah dunia maya yang persaingannya sangat keras.
Strategi kedua adalah transformasi PFN sebagai lembaga pembiayaan perfilman nasional, sehingga diharapkan akan banyak produksi-produksi film berskala nasional yang pada akhirnya semakin banyak mendominasi dan meraup box office di pasar perfilman domestik.
Strategi terakhir adalah penegakan disiplin protokol kesehatan di bioskop, hal ini dilakukan agar masyarakat tidak takut untuk kembali menonton di layar lebar sekaligus menggairahkan kembali bisnis bioskop yang sebelumnya terpukul oleh pandemi.