Sarolangun (ANTARA) - Bahasa Inggris merupakan salah satu pelajaran yang dianggap menakutkan bagi beberapa siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Terkadang siswa berfikir bahwa belajar Bahasa Inggris itu adalah sesuatu yang sulit.
Apalagi di kelas tujuh SMP adalah pembelajar pemula, dimana para siswa mempelajari hal yang baru, yang harus memikirkan beberapa aspek berfikir sekaligus, seperti memikirkan arti, cara membaca dan struktur kalimat yang belum pernah mereka kenal sebelumnya.
Di samping itu di SMPN I Sarolangun, di mana latar belakang pendidikan orangtua siswa mayoritas tamatan SMA ke bawah. Itulah sebabnya mereka berfikir bahwa Bahasa Inggris itu tidak perlu dalam kehidupan sehari-hari, karena tidak akan digunakan untuk alat komunikasi dalam lingkungan masyarakat.
Sehingga budaya atau cara pandang itu tertanam dalam diri siswa sejak dini, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan kognetif dan emosinal siswa dalam belajar di sekolah secara tidak langsung.
Dari latar belakang itu maka tercetus topik pembelajaran “Introducing Self” yang diawali dengan lagu “Gemu Fa Mi Re”. Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu memperkenalkan diri sendiri dengan lisan maupun tulisan dengan benar.
Pembelajaran dengan gembira dan menyenangkan dengan memutar sebuah lagu yang berjudul “Gemu Fa Mi Re “Lagu ini berirama pop regge yang dapat menggugah pendengarnya secara otomatis bernyanyi dan bergoyang. Lagu ini cocok untuk semua kalangan, semua umur dan juga cocok untuk siswa taraf SMP.
Karena liriknya yang sederhana, mudah dihapal dan dipahami dan juga musiknya yang energik mengajak kita menyanyi dan berjoget mengikuti irama lagu secara spontan. Dilakukan dalam durasi 3 menit.
Strategi ini dipilih, karena dalam beberapa penelitian mengatakan bahwa musik dapat menggugah rasa, melatih fungsiotak, mempengaruhi perasaan, dan memberikan ketenangan jiwa. Itulah sebabnya bila sebuah pembelajaran diawali dengan sebuah lagu, dapat mempengaruhi segala aspek,salah satunya aspek tingkah laku dan aspek emosional, termasuk memunculkan kelugasan dan keleluasaan berbicara, dalam arti terbebas dari rasa tertekan.
Kalau siswa perasaannya sudah baik, merasa senang dan tidak tertekan, siswa akan lebih berani mengungkapkan isi hatinya, perasaanya dan juga ide-idenya.
Pengaruhnya sangat mengagumkan. Kelihatanya siswa lebih nyaman dan lebih akrab ketika guru dan murid sama-sama bernyanyi dan menari di dalam kelas.
Berbekal pelatihan yang saya dapatkan dari Program PINTAR Tanoto Foundation, saya mendorong siswa lebih berani bertanya, berkomunikasi, dan lugas menyampaikan pendapat karena kemungkinan merasa tidak ada pembatas yang begitu jauh antara siswa dan guru, lebih tepatnya nampak lebih bersahabat.
Setelah siswa selesai bernyanyi dan bergoyang dengan lagu “Gemu Fa Mi Re”, saya melihat wajah-wajah siswa sumringah dan raut wajah yang memancarkan keceriaan.
Tidak terlihat lagi ekspresi yang datar yang menggambarkan ketidaknyamanan dan ketidaksiapan menerima pelajaran. Ini adalah merupakan pertanda baik.
Kemudian saya melanjutkan pembelajaran dengan memutar sebuah video animasi tentang “Introduce Self”. Siswa menonton video tersebut dengan seksama. Ini adalah tahap mengalami dalam pembelajaran MIKiR. Setelah siswa menonton video, saya menanyakan beberapa pertanyaan tentang video sebagai urun gagasan.
“What can you find from Video?”
Dominan siswa menjawab “Cara memperkenalkan diri bu”.
Ada siswa yang menjawab” Introduce name, address, hobby, school, family dan pelajaran favoritnya bu”.
Lebih jauh guru bertanya " What does Iqbal say to introduce his name? Tunjuk tangan yang bisa menjawab”.
Sembilan puluh persen siswa tunjuk tangan. Guru mengajukan lagi beberapa pertanyaan tentang video. Hampir seluruh siswa bisa menjawab dengan benar. Luar biasa menurut saya.
Senang sekali melihat respon anak yang luar biasa. Sebagian besar siswa berani mengungkapkan pikiran dan ide-ide mereka tanpa ada rasa takut dan was-was. Sangat berbeda dengan hari-hari yang lalu, mereka enggan berbicara dan mengungkapkan pemikiranya karena takut salah.
Untuk tahap interaksi, saya memberikan LKPD 1. Dalam LKPD 1 ini adalah sebuah teks perkenalan diri yang belum lengkap. Siswa disuruh untuk melengkapi teks tersebut berdasarkan video yang ditonton diawal pembelajaran secara individu. Tujuanya, adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami dan mengerti isi video tersebut. Waktunya diberikan 5 menit.
Setelah lima menit, pekerjaan siswa change and check each other. Jadi siswa saling mengoreksi pekerjaan teman. Tentu cara ini bisa dilaksanakan karena jawaban sudah ada tertera dalam video. Memang jawaban ini belum mengarah ke pertanyaan PIT, karena pembelajaran yang saya berikan adalah sistim piramida terbalik.
Dimana pembelajaran dimulai dari hal yang paling mudah ke yang paling sulit. Ternyata hasil jawaban siswa sangat memuaskan. Dari 15 siswa yang mengikuti evaluasi ini, hanya 2 orang yang kurang sempurna.
Untuk melatih pronounce (pengucapan) siswa, lalu mengambil satu lembar kerja siswa yang saya anggap lebih sempurna, kemudian saya men-drilling siswa untuk mengucapkan kata-kata yang dianggap sulit atau kata-kata baru yang muncul pada teks. Contoh, kata my favourite subject, I come from, I am twelve years old dan lain-lain. Mungkin kata ini adalah kata yang gampang bagi kita. Tapi bagi siswa kelas tujuh SMP sebagai pembicara pemula, ini adalah sesuatu yang sulit karena mereka baru mengenal kata ini dan baru belajar cara mengucapkan.
Masih tahap interaksi, dilakukan dengan memberikan LKPD 2. Dalam LKPD 2 pertanyaanya sudah lebih PIT. Dimana siswa lebih terbuka dan lebih imajinatif menuliskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan identitas pribadi mereka. Disini siswa disuruh menuliskan perkenalan diri mereka masing-masing.
Di tahap ini siswa diberikan kebebasan memperkenalkan diri mereka seluas-luasnya dan semampu mereka. Siswa bekerja dalam kelompok. Walaupun siswa menuliskan identitas mereka masing-masing, diharapkan siswa bisa saling berkomunokasi dan saling bertanya tentang hal-hal yang mereka belum pahami dalam kelompok.
Oleh sebab itu pembagian kelompok diatur sedemikian rupa. Siswa dibagi dalam kelompok dengan memperhatikan tingkat kecerdasan akademik dan emosional, dengan tujuan agar siswa yang dianggap lebih mampu, dapat menjadi tutor sebaya dalam kelompoknya. Siswa yang memiliki tingkat emosional yang baik akan lebih bisa memahami dan berbagi kepada teman-temanya yang kurang mampu. Siswa mengerjakan LKPD 2 ini selama 15 menit.
Pada tahap komunikasi, siswa membacakan hasil diskusi mereka di depan kelas. Setiap kelompok mengutus satu orang wakilnya. Lima belas siswa terdiri dari 4 kelompok. Jadi 4 orang siswa sebagai utusan masing-masing kelompok. Adapun kompetensi yang dinilai pada tahap ini adalah pengucapan (pronouncation) dan penggunaan struktur dan unsur kebahasan. Maka kelompok lain diberikan kesempatan untuk bertanya, menyanggah ataupun mengoreksi pekerjaan kelompok yang sedang presentasi.
Maka melalui tahap ini, saya dapat mengetahui sejauh mana capaian kompetensi yang dimiliki masingg-masing kelompok.
Di antara 4 kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya, hanya sebagian kecil terdapat kesalahan dalam pengucapan (pronounce). Jika ada kesalahan pengucapan, saya bertanya kepada siswa yang lain, siapa diantara mereka yang dapat memberi jawaban yang lebih benar. Respon siswa sangat memuaskan.
Hampir 80 persen siswa angkat tangan. Dari 4 orang perwakilan kelompok yang tampil di depan kelas, hanya satu orang yang terdapat kesalahan penggunaan struktur kalimat, yaitu kelompok dua. Siswa tersebut menuliskan “My name Rania”. Seharusnya “My name is Rania”. Dan perbaikan diberikan oleh kelompok satu dengan menambahkan kata is sebelum Rania.
Tahap refleksi, dengan memberikan secarik kertas setiap orang siswa. Saya menyuruh untuk menuliskan tentang perasaanya atau pendapatnya selama pembelajaran berlangsung di dalam kertas tersebut.
Juga menuliskan hal-hal yang mereka telah pahami dan hal-hal yang mereka belum pahami terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
Mayoritas siswa mengatakan senang dan bahagia belajar Bahasa Inggris ketika itu. Mereka senang sudah bisa memperkenalkan diri dalam bahasa inggris. Mereka juga mengatakan, bahwa mereka banyak mengetahui hal-hal baru yang sebelumnya tidak tahu dan belum pernah mendengar. Hanya tiga orang siswa mengatakan kesulitan didalam mengucapkan kata-kata (vocabulary).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris yang diawali dengan kegembiraan, menyanyi atau menari dengan diiringi musik, sangat dapat meningkatkan gairah, semangat dan motivasi belajar siswa. Terlebih jika dilakukan bersama guru dan siswa, tujuanya supaya siswa tidak merasa terlalu canggung dan enggan berkomunikasi dengan guru.
Bila terjalin hubungan baik antara guru dan siswa, siswa akan lebih berani berbicara, berani memberikan pendapat dan berani menyampaikan ide-ide cemerlang mereka.
Delfi Tamba, Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 1 Sarolangun.
(Guru Mitra Program PINTAR Tanoto Foundation)
"Gemu-Fa-Mi-Re" bikin belajar Bahasa Inggris jadi menyenangkan
Sabtu, 18 September 2021 12:14 WIB