Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengendalian Kerusakan Perairan Darat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sri Handayaningsih mengatakan Indonesia perlu merehabilitasi 701 ribu hektare kawasan mangrove.
Untuk mempercepat rehabilitasi mangrove, pada 2020, Presiden Jokowi membentuk Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang ditugasi merehabilitasi 600 ribu ha kawasan mangrove sampai 2024. Bersama KLHK, BRGM telah melakukan restorasi dan rehabilitasi kawasan mangrove, khususnya di sembilan provinsi selama hampir dua tahun ini.
Baca juga: KLHK: Pemulihan dan pelestarian mangrove butuh komitmen semua pihak
Berdasarkan peta mangrove nasional termutakhir yang diluncurkan Oktober 2021, kawasan mangrove Indonesia tercatat mencapai 3,36 juta ha atau kawasan mangrove terbesar di dunia.
"Luasan kawasan mangrove Indonesia tersebut merupakan kawasan mangrove terluas di dunia, jadi 20 persen kawasan mangrove dunia ada di Indonesia. Sementara 36 persen kawasan mangrove di dunia berada di Asia Tenggara," kata Handayani.
Namun, beberapa kawasan mangrove mengalami kerusakan, karena dialihfungsikan menjadi kebun kelapa sawit ataupun tambak.
Menurut Handayani, biasanya masyarakat di sekitar kawasan mangrove melakukan alih fungsi tersebut, karena menilai kebun kelapa sawit dan tambak lebih menguntungkan.
"Indonesia juga tidak menutup mata bahwa selain kepentingan ekologi, kita juga harus memperhatikan aspek-aspek sosial ekonomi masyarakat atau livelihood di sekitar pantai atau pesisir yang ada mangrovenya. Karena itu, skema untuk pemulihan ekosistem mangrove di Indonesia mencakup tiga pilar penting, yaitu untuk konservasi, sosial ekonomi,dan kelembagaan," imbuhnya.
Baca juga: WALHI: 2.000 hektar hutan Aceh rusak akibat tambang emas ilegal
Baca juga: KLHK targetkan 30 persen pengurangan sampah oleh produsen pada 2030
Kawasan mangrove, tambah Handayani, perlu dijaga karena di dalamnya terdapat beraneka ragam makhluk hidup, baik berbagai jenis ikan maupun unggas. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian terbaru, mangrove menyerap emisi karbon dioksida hingga lima kali lipat lebih banyak dibandingkan tanaman lain.
"Tentunya ini menjadi peluang sangat besar bagi Indonesia untuk mempercepat target ambisi pengurangan emisi karbon atau gas rumah kaca yang sudah dicanangkan di Paris Agreement turun 29 persen sampai 2030. Dengan pemulihan mangrove kami harap capaian target tersebut bisa segera terwujud," katanya.