Jambi (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Direktorat Pengendalian Kerusakan Ekosistem Gambut (PKEG) mengungkapkan pentingnya menjaga lahan gambut dari kebakaran melalui kolaborasi bersama.
Hal ini tak lain karena lahan gambut mudah terbakar dan luasnya mencapai 24,6 juta hektare.
Direktur PKEG Mohammad Noor Andi Kusumah di Jambi, Minggu, mengatakan pihaknya banyak belajar dari berbagai peristiwa kebakaran lahan gambut, salah satu yang terbesar pada periode 2015-2016. Saat itu negara tetangga dikejutkan dengan kepulan asap yang berasal dari Indonesia.
"Sekitar 2,6 juta hektare lahan terbakar, kurang lebih hampir 900 ribu hektare atau 1 juta hektare itu di gambut dan efeknya Bapak Ibu sekalian efeknya adalah kita menjadi pengekspor. Kalau ekspor produk yang unggul nggak masalah tapi itu ekspor asap ke negara tetangga yang protes dia negara tetangga," katanya.
Andi menerangkan hutan gambut laiknya spons. Ia memiliki daya serap yang tinggi terhadap air. Saat musim hujan bisa menjadi penyebab banjir, namun ketika musim kemarau bisa menimbulkan kebakaran.
"Gambut berasal dari serasah, pokoknya bahan-bahan organik pohon yang mungkin tertimbun ribuan tahun, ketika itu kering, kan sudah dekomposisi. Kalau sudah lama tuh beribu-ribu tahun yang lalu, isinya gas metan. Kalau gas metan sekalinya panas, jangankan orang merokok kalau panas betul bisa dengan sendirinya," kata Andi.
Pihaknya pun menekankan perlunya kolaborasi dari semua pihak termasuk masyarakat dan dunia usaha agar dapat menaati dan terus menjaga kelestarian hutan gambut.
Di dunia industri, APP Group mengungkapkan upayanya menjaga kelestarian hutan. Deputy Director of Corporate Strategy & Relations APP Group, Iwan Setiawan menjelaskan bahwa pengelolaan hutan yang dilakukan APP Group tidak hanya bertujuan untuk melindungi ekosistem, tetapi juga untuk memastikan bahwa semua kegiatan operasional selaras dengan prinsip keberlanjutan dan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
"Program Integrated Forest Management Plan dan Peatland Management adalah bentuk komitmen kami untuk tidak hanya menjaga hutan alam yang masih ada, tetapi juga untuk mengelola lahan gambut dengan sangat hati-hati, mengikuti semua peraturan yang ada," jelas Iwan.
Pihaknya juga berkomitmen untuk memastikan bahwa seluruh rantai pasokan global berasal dari hutan tanaman yang dikelola secara berkelanjutan. Dengan demikian, produk-produk APP Group tidak ada yang berasal dari kayu hutan alam, sejalan dengan kebijakan global untuk mendukung konservasi hutan dan mengurangi emisi karbon.
"Sebelum melaksanakan operasional, kami selalu melakukan studi awal untuk memastikan bahwa bisnis kami dapat berjalan selaras dengan kelestarian hutan. Ini termasuk perlindungan terhadap habitat penting, aliran sungai, serta situs-situs yang menjadi sumber daya alam bagi masyarakat lokal," kata dia.
Selain itu, APP Group juga terlibat dalam rehabilitasi hutan, monitoring regenerasi alami, dan bekerja sama dengan balai konservasi untuk melindungi spesies penting seperti harimau, orangutan, dan gajah. Upaya ini merupakan bagian dari komitmen kami terhadap keberlanjutan jangka panjang.
Untuk pencegahan kebakaran hutan dan lahan, APP Group telah membentuk tim khusus yang bertugas untuk mengawasi, mencegah, dan menanggulangi kebakaran, serta menginisiasi program Desa Makmur Peduli Api yang melibatkan masyarakat dalam pencegahan kebakaran sekaligus meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.
KLHK dan APP Group inovasi ekologis kendalikan perubahan iklim dan sejahterakan masyarakat
Minggu, 11 Agustus 2024 15:21 WIB