Jambi (ANTARA) - Jaringan monitoring atau pendeteksi petir yang beroperasi di Stasiun Meteorologi Kelas I BMKG Sultan Thaha Jambi dalam proses integrasi dengan perangkat serupa di Stasiun BMKG Kerinci dan Pekanbaru, Riau.
"Saat ini alat pendeteksi petir sudah dioperasikan di Stasiun Meteorologi Kelas I BMKG Jambi, datanya masih berupa sebaran. Ke depan akan terintegrasi dengan jaringan monitoring petir di Stasiun BMKG di Kerinci dan Pekanbaru," kata Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Sultan Thaha Jambi Ibnu Sulistiyono di Jambi, Senin.
Ia menyebutkan perangkat baru pendeteksi petir jenis LDX tersebut saat ini sudah dioperasikan, namun perlu pemutakhiran dan diintegrasikan dengan jaringan monitoring di tempat lainnya di Stasiun Kerinci dan Pekanbaru.
Hasil deteksi sebaran petir di Provinsi Jambi tersebut telah disosialisasikan di grup media sosial BMKG dalam bentuk peta sebaran petir.
Menurut Ibnu, perangkat pendeteksi petir yang telah dipasang tersebut, kemampuan monitoringnya dalam radius 300 kilometer. Namun untuk efektifnya dioperasikan deteksi untuk radius 60 kilometer.
"Kapasitas atau cakupan monitoringnya bisa mencapai 300 kilometer, tapi efektifnya sekitar radius 60 kilometer," kata Ibnu.
Informasi yang dihasilkan, nantinya akan diakumulasikan dan diintegrasikan dengan hasil pantauan sebaran petir di dua stasiun pemantau lainnya di Pekanbaru dan Kerinci.
"Nanti bila sudah terintegrasi, maka akan diluncurkan, datanya akan terintegrasi dan presisi," katanya.
Alat pendeteksi petir itu, kata dia, akan bermanfaat bagi masyarakat untuk mendeteksi sambaran petir, melakukan mitigasi dampak dari petir serta untuk keperluan kelengkapan data khususnya klaim asuransi kerusakan yang diakibatkan sambaran petir.
"Jelas manfaatkan besar ke depannya, selain untuk mitigasi juga membantu mendeteksi penyebab kerusakan perangkat akibat petir, biasanya untuk keperluan klaim asuransi," kata kata dia.