Chicago (ANTARA) - Emas berjangka ditutup sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), terseret penguatan dolar dan indeks saham utama AS namun diimbangi risiko baru terhadap pertumbuhan ekonomi global dari meningkatnya kasus varian virus corona Omicron.
Sebelumnya, pada Kamis (23/12/2021), emas berjangka naik 9,5 dolar AS atau 0,53 persen menjadi 1.811,70 dolar AS, setelah terangkat 13,5 dolar AS atau 0,75 persen menjadi 1.802,20 dolar AS pada Rabu (22/12/2021), dan merosot 5,9 dolar AS atau 0,33 persen menjadi 1.788,70 dolar AS pada Selasa (21/12/2021).
Pasar AS ditutup pada Jumat (24/12/2021) untuk liburan perayaan Natal.
Baca juga: Emas naik, imbal hasil obligasi AS yang lemah imbangi penguatan dolar
Optimisme bahwa gelombang terbaru dari pandemi COVID-19 yang dipicu oleh varian Omicron tidak akan mengganggu perekonomian telah membantu mendorong pasar saham lebih tinggi di sesi terakhir, meredam permintaan pasar untuk aset safe heaven emas.
Namun demikian, emas berhasil bertahan di atas harga yang signifikan secara psikologis pada 1.800 dolar AS pada awal hingga minggu terakhir perdagangan pada tahun 2021, analis pasar mencatat.
Prospek emas pada kuartal pertama 2022 positif, dengan pendorong utama inflasi, kata Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals.
"Dukungan yang mendasarinya datang dari kekhawatiran inflasi," kata Wyckoff, menambahkan "kecenderungan Fed untuk kebijakan moneter yang sedikit lebih ketat tampaknya telah sedikit menenangkan pedagang emas".
Baca juga: Emas naik 9,5 dolar, investor khawatir atas penyebaran varian Omicron
Emas yang tidak memberikan imbal hasil sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang lebih tinggi.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik dari level terlemahnya dalam hampir seminggu, membuat emas yang dihargakan dalam dolar kurang menarik bagi pemegang mata uang non-AS.
"Sementara dolar AS menguat, tidak banyak pergerakan emas hari ini," kata analis Quantitative Commodity Research, Peter Fertig, menambahkan bahwa salah satu alasan utama kurangnya likuiditas adalah penutupan pasar selama Natal.
Imbal hasil yang lebih tinggi meningkatkan peluang kerugian memegang emas, yang sedikit membebani harga emas, Fertig menambahkan.
Meskipun sepi secara keseluruhan minggu ini, "likuiditas yang rendah membuat sensitivitas berita utama lebih menonjol, karena pasar yang tipis kemungkinan akan membuat aksi harga lebih gelisah jika sesuatu terjadi", kata ahli strategi mata uang DailyFX, Ilya Spivak.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 4,9 sen atau 0,21 persen, menjadi ditutup pada 22,899 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 5,9 dolar AS atau 0,61 persen, menjadi ditutup pada 969,2 dolar AS per ounce.