Jakarta (ANTARA) - Sebagian negara di dunia telah mulai memberikan dosis keempat vaksin COVID-19 demi melindungi warganya, terutama kelompok rentan, namun seberapa efektif dosis penguat kedua itu memberikan perlindungan bagi penerimanya?
Perlindungan booster kedua terhadap infeksi berkurang setelah empat minggu, para peneliti Israel menunjukkan dalam penelitian mereka yang diterbitkan pada hari Selasa di New England Journal of Medicine, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis.
Perlindungan terhadap penyakit parah tidak berkurang selama enam minggu setelah dosis diberikan tetapi studi lebih lanjut diperlukan untuk mengevaluasi perlindungan jangka panjang, kata para peneliti.
Studi pada 1,3 juta orang berusia 60 dan lebih tua melihat data dari database Kementerian Kesehatan Israel antara 10 Januari dan 2 Maret, ketika varian Omicron dominan.
Itu datang menjelang pertemuan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS pada hari Rabu (6/4) untuk membahas perlunya penguat tambahan, seminggu setelah Amerika Serikat mengizinkan suntikan penguat kedua untuk orang berusia 50 dan lebih tua di tengah penyebaran sub-varian Omicron BA.2.
Menteri kesehatan Eropa juga mendesak pemerintah kawasan itu untuk mendukung dosis keempat untuk orang di atas 60 tahun
Di Asia, Korea Selatan mulai memberikan dosis keempat vaksin COVID-19 pada Februari dan Singapura mengatakan dosis booster kedua direncanakan untuk mereka yang berusia 80 tahun ke atas.
Baca juga: BPOM: Perpanjangan masa simpan vaksin didasari hasil uji stabilitas
Baca juga: AS sumbangkan 35,8 juta dosis vaksin COVID untuk Indonesia