Jambi (ANTARA) - Jika kita berkunjung ke SDN 57/VII Sungai Benteng I Sarolangun maka akan terlihat ruangan pojok literasi di tengah-tengah sekolah yang di depannya tertata rapi berbagai jenis buku.
Ada beberapa faktor yang menjadi latar belakang pengadaan pojok literasi di SDN 57/VII Sungai Benteng I Sarolangun, yaitu karena siswa kurang aktif berkunjung ke perpustakaan, selain itu Pojok Literasi juga merupakan tindak lanjut dari Program PINTAR Tanoto Foundation.
Pola pengelolaan dan perawatan pojok literasi di SDN 57/VII Sungai Benteng I Sarolangun adalah dengan memberikan peluang kepada anak-anak untuk berkreasi dan terlibat dalam kepengurusan pojok literasi, agar tumbuh rasa memiliki dari setiap anak.
Anak-anak akan bertanggung jawab dalam hal penataan buku dan administrasi peminjaman buku. Untuk terus menumbuhkan semangat anak dalam mengelola dan merawat Pojok Literasi, sekolah mengadakan kegiatan berupa membaca bersama dengan Big Book, membuat teka-teki silang, dan membuat berbagai kreasi dari bahan buku bacaan yang nantinya akan dipresentasikan. Hasil terbaik akan mendapatkan hadiah dan anak-anak akan berkesempatan menjadi Duta Siswa Kreatif.
Pojok literasi dimanfaatkan untuk membaca bersama 15 menit sebelum pelajaran dimulai dan sebagai penunjang bahan ajar proses belajar mengajar di kelas. Pojok literasi menyediakan berbagai jenis bahan bacaan, yaitu; buku pelajaran, buku fiksi, buku non fiksi, dan referensi.
Jumlah buku di setiap kelas paling banyak berkisar 50 eksemplar dan paling sedikit berkisar 30 eksemplar. Buku-buku ini bersumber dari perpustakaan sekolah.
Widya Anggraini, guru SDN 57/VII Sungai Benteng I Sarolangun dan pihak sekolah terus berusaha untuk memperkaya sumber bahan bacaan untuk Pojok Literasi.
Pojok Literasi
Pojok literasi hadir sebagai salah satu alternatif mendekatkan siswa ke tempat buku berada untuk dibaca siswa setelah sekolah tersebut didampingi Program PINTAR Tanoto Foundation.
Banyak dukungan dari guru dan orangtua siswa, mereka senang sekali karena bisa berdiskusi bersama-sama dengan guru lain untuk pojok literasi yang lebih baik dan lebih menarik lagi.
Posisi pojok literasi dirotasi secara berkala, untuk memperbaharui tata letak kelas dan menciptakan suasana baru yang berdampak pada lahirnya semangat baru dari anak-anak.
Anak-anak lebih antusias dalam membaca buku, karena akses mereka terhadap bahan bacaan menjadi lebih mudah karena adanya pojok literasi.
Pojok literasi dimaksudkan agar anak-anak terbiasa dengan buku-buku, survei mengatakan banyak hal yang menjadi penyebab rendahnya minat baca, tetapi penyebab yang paling mendasar adalah anak-anak belum terbiasa dengan buku. Jika, buku masih menjadi benda yang asing untuk anak-anak maka rasa pesimis akan muncul dalam usaha peningkatan minat baca. Oleh karena itu, anak-anak harus dekat dengan buku.
Widya Anggraini sebagai guru mengamini betapa pentingnya anak-anak mengenal buku lebih dekat, karena membaca itu penting. Menurutnya untuk pemenuhan kebutuhan meningkatkan minat baca maka juga perlu adanya pembaharuan dalam usaha mendekatkan anak-anak dengan buku bacaan.
“Membaca adalah proses belajar yang paling mendasar. Kegiatan membaca akan membantu anak-anak untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak. Mengingat begitu pentingnya kegiatan membaca, tentunya kita membutuhkan inovasi dalam aktifitas membaca dan dalam usaha meningkatkan ketertarikan siswa terhadap literasi itu sendiri,” tuturnya.
Oleh: Widya Anggraini, S.Pd
Guru SDN 57/VII Sungai Benteng I Sarolangun/ Guru Mitra Program PINTAR Tanoto Foundation