Jambi (ANTARA) - Asesmen diagnostik merupakan penilaian yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa dalam menguasai materi atau kompetensi tertentu serta penyebabnya.
Diagnosis di sini sama dengan yang dilakukan dokter, sebelum memberikan resep atau tindakan terhadap pasien, perlu melakukan pemeriksaan, lalu mendiagnosis. Coba bayangkan jika dokter langsung memberikan tindakan atau resep tanpa melakukan diagnosis?
Begitupun yang harus dilakukan guru, sebelum melakukan tindakan berupa pembelajaran sebaiknya dilakukan terlebih dahulu diagnosis berupa assessment diagnosis.
Awal semester pelaksanaan kurikulum merdeka bisa jadi moment yang tepat untuk melakukan asesmen diagnostic, alih-alih langsung digunakan untuk menyampaikan pembelajaran.
Tujuan Asesmen Diagnostik
Assessment diagnostic dilakukan guru untuk mengetahui kesiapan belajar siswa dan kompetensi siswa
1. Kesiapan Belajar Siswa
Kesiapan belajar siswa dapat dimulai dengan guru menggali keadaan non kognitif siswa misalnya menggali lingkungan siswa, kesejahteraan psikologis dan social emosi siswa, minat, gaya belajar serta karakter siswa bahkan kebiasaan orangtua. Ini berguna untuk menentukan pembelajaran yang sesuai dengan siswa.
Untuk menggali kesiapan siswa terkait non kognitif ini guru dapat menggunakan formulir, angket bahkan wawancara dengan siswa. Contoh-contoh pertanyaan yang dapat diajukan ketika menggali informasi kesiapan belajar siswa misalanya apa yang sedang kamu rasakan saat ini?
Bagaimana perasaanmu saat belajar dirumah? Hal apa yang kamu lakukan dengan senang hati dan terkadang lupa waktu? Apa harapanmu?
Jawaban-jawaban siswa dapat dipersiapkan dalm bentuk bercerita, menulis bahkan dalam bentuk gambar.
2. Kompetensi siswa
Kompetensi siswa disini adalah diagnostic kognitif. Dengan melakukan kompetensi siswa atau diagnostic kognitif guru memahami level/tahapan serta ketercapaian kompetensi siswa, ini dapat dijadikan sebagai rujukan guru mengetahui mana KI/KD yang sudah dikuasai atau dipahami siswa, sehingga guru dapat memetakan K1/KD tersebut.
Asesmen diagnostic kognitif dapat dilaksanakan secara rutin yang disebut asesmen diagnostic kognitif berkala, pada awal pembelajaran, akhir setelah guru selesai menjelaskan dan membahas topik dan waktu lain. Asesmen diagnostic bisa berupa asesmen formatif maupun asesmen sumatif.
Pelaksanaan asesmen kognitif dapat dibuat daftar pertanyaan-pertanyaan sederhan yang meliputi : 2 pertanyaan sesuai kelasnya, dengan topic capaian pembelajaran baru, 6 pertanyaan dengan topic satu kelas dibawah dan 2 pertanyaan dengan topic dua kelas dibawah.
Untuk diingat guru melakukan asesmen diagnostic kognitif untuk menyesuaikan tingkat pembelajaran dengan kemampuan siswa, bukan untuk mengejar target kurikulum.
Oleh Kiki Fatmawati
Dosen PGMI UIN STS Jambi/ Fasilitator Dosen UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Asesmen diagnostik, asesmen jitu suksesnya kurikulum merdeka
Kamis, 2 Juni 2022 7:34 WIB