Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore menguat tipis seiring dolar AS yang kini mulai rentan koreksi.
"Rupiah menguat oleh koreksi pada dolar AS dengan pulihnya sentimen risk on, meningkatkan permintaan pada aset dan mata uang berisiko," kata Analis DCFX Futures Lukman Leong saat dihubungi di Jakarta, Selasa.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya tampak melemah 0,41 persen ke level 113,6.
"Dolar AS sendiri terlihat sudah overbought dan rentan koreksi, dengan pelaku pasar menantikan lebih banyak data dan petunjuk, terutama menantikan data PDB final AS hari Kamis dan inflasi PCE AS Jumat ini," ujar Lukman.
Sebelumnya reli dolar tidak menunjukkan tanda-tanda melambat mencapai level tertinggi baru dalam 20 tahun terakhir didukung pernyataan pejabat bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), yang hawkish tanpa henti ketika mencoba mengendalikan inflasi.
Indeks dolar mencapai level tertinggi baru dua dekade. Indeks dolar melonjak 0,81 persen menjadi 114,1 pada akhir perdagangan Senin (26/9) lalu.
The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin pada September ini, melanjutkan langkah serupa dari bulan Juni dan Juli lalu. The Fed juga mengindikasikan masih akan ada kenaikan suku bunga hingga akhir 2022 sebagai upaya bank sentral untuk menekan inflasi yang tinggi di Negeri Paman Sam itu.
Target suku bunga kebijakan The Fed sekarang berada di level tertinggi sejak 2008 ke kisaran 4,25-4,5 persen pada akhir tahun ini dan berakhir pada 2023 di 4,5-4,75 persen.
Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp15.135 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.122 per dolar AS hingga Rp15.174 per dolar AS.
Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke posisi Rp15.155 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp15.119 per dolar AS.