Jakarta (ANTARA) - Perum LKBN ANTARA akan membangun sebuah kompleks jurnalistik moderen di kawasan bersejarah Pasar Baru, Jakarta Pusat, yang diharapkan dapat menjadi wajah jurnalisme perjuangan dan wadah komunitas dalam mewarnai perkembangan dunia jurnalistik Indonesia.
Hal itu terkait rencana perpindahan kantor pusat Perum LKBN ANTARA dari Wisma ANTARA ke Kompleks Pasar Baru.
Perum LKBN ANTARA didirikan pada 13 Desember 1937 oleh empat sekawan yaitu Adam Malik, AM Sipahoetar, Soemanang, dan Pandoe Kartawigoena, sebagai sarana menyuarakan perlawanan dan perjuangan melawan penjajah.
Pemikiran moderen dan visioner dari empat sekawan itu saat mendirikan ANTARA menjadi inspirasi dari desain kompleks jurnalistik moderen tersebut, yang merupakan revitalisasi gedung bersejarah dari Perum LKBN ANTARA yang terletak di Jalan Antara, Pasar Baru, lokasi di mana 77 tahun lalu berita “Indonesia Merdeka” diselinapkan untuk disiarkan markonis ke seluruh penjuru oleh wartawan ANTARA.
“Perum LKBN ANTARA ‘kundur’ dengan membangun ikon baru yang mencerminkan transformasi sebuah kantor berita abad 21,” kata Meidyatama.
Ia menambahkan, ikon baru itu juga diharapkan menegaskan marwah pengabdian untuk Indonesia yang sudah ditunjukkan ANTARA bahkan sejak sebelum berdirinya Republik.
Perjalanan panjang ANTARA selama 85 tahun mengabadikan setiap peristiwa yang mendewasakan Republik akan memperoleh tempat terhormat dalam detil desain kompleks jurnalistik moderen itu yang akan merujuk pada fungsi yang ramah publik dan ramah lingkungan.
Selain itu, ikon baru ini dipastikan juga akan menjadi representasi sebuah upaya pelestarian sejarah, baik secara fisik maupun filosofis dalam arsitektur kontemporer yang menggarisbawahi transisi bangunan bersejarah menuju bangunan kontemporer mengingat lokasinya yang terletak di salah satu kawasan dengan banyak simbol sejarah atau budaya Jakarta, seperti Masjid Istiqlal, Katedral Jakarta, Gedung Kesenian Jakarta dan Kompleks Pos Bloc.
“Kami bercita-cita bahwa kompleks jurnalistik moderen di Jalan Antara ini menjadi ikon jurnalisme dan pemicu revitalisasi kawasan historis Pasar Baru,” katanya.
Kompleks jurnalistik moderen ini, menurut Dirut LKBN ANTARA, akan terdiri dari dua bagian yaitu gedung bekas Aneta yang sudah tidak difungsikan selama 30an tahun terakhir dan gedung Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA) yang selama ini difungsikan sebagai tempat untuk mewadahi pameran atau apresiasi seni dari komunitas foto-jurnalistik dan lainnya.
Ia menjelaskan, bekas gedung Aneta akan direvitalisasi sebagai sebuah ruang redaksi konvergensi yang tidak hanya menjadi tempat diabadikan dan didesiminasikannya perjalanan bangsa ke publik namun juga sebuah laboratorium pembelajaran bagi seluruh entitas yang peduli dengan perkembangan jurnalisme Indonesia.
Sementara itu gedung GFJA diproyeksikan untuk tidak hanya menjadi museum dan galeri untuk menampilkan hasil karya jurnalistik dan seni namun juga mewadahi diskusi dan dialog komunitas, baik tentang jurnalisme dan segala tantangannya di masa depan ataupun sarana menjembatani lahirnya gagasan atau pemikiran yang akan membawa perbaikan bagi negeri.
Sebelumnya, selain menempati gedung GFJA di Kawasan Pasar Baru, sebagian besar operasional Perum LKBN ANTARA berada di Wisma Antara yang berlokasi di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.
Proses revitalisasi gedung bersejarah ANTARA tersebut dilakukan setelah penjualan Wisma Antara ke PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI oleh PT Mastindo Mulia dan Perum LKBN ANTARA pada 19 September 2022.
“Penjualan ini terjadi setelah mendapat persetujuan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dituangkan dalam persetujuan Kementerian Badan Usaha Milik Negara dengan surat No. S-241/MBU/DHK/08/2022 tertanggal 2 Agustus 2022,” kata Meidyatama.
Wisma Antara dikelola oleh PT ANPA Internasional yang sahamnya dimiliki oleh Perum LKBN ANTARA sebesar 20 persen dan PT Mastindo Mulia sebesar 80 persen.
Nilai saham 20 persen ini sebelum dikembalikan ke Perum LKBN ANTARA pada tahun 2017 melalui RUPSLB dimiliki oleh PT Akuel yang merupakan anak perusahaan Perum LKBN ANTARA.
Pada 1972, PT Akuel yang dalam perjanjian disebut sebagai PT ANTAR membentuk joint venture dengan BV Pabema. Di dalam perjanjian itu tidak menampilkan skema build operate transfer (BOT) atau bangun guna serah.
Pada 2013, BV Pabema menawarkan 80 persen sahamnya kepada PT Akuel, namun karena satu dan lain hal minat Perum LKBN ANTARA sebagai induk untuk membeli saham tersebut tidak dapat terlaksana.
PT Mastindo Mulia kemudian mengakuisisi 80 persen pada 2014, setelah mendapat persetujuan perwakilan Perum LKBN Antara dalam RUPS-LB PT ANPA.