Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menegaskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Conference of The Parties 27 (COP27) berupaya untuk mencari solusi masalah iklim global.
Wapres Ma'ruf menghadiri KTT COP 27 di Sharm El Sheikh International Convention Center, Mesir pada 7-8 November 2022 dan telah menyampaikan "National Statement" dalam "High Level Segment".
"Masing-masing negara harus berkontribusi menjadi bagian dari solusi sesuai dengan kapasitasnya dan negara maju supaya mengambil peran. Saya kira intinya di situ," ungkap Wapres.
Wapres menyebutkan bahwa perlu kerja sama negara-negara maju dalam memajukan bangsa di tengah tantangan krisis global.
"Harus 'burden sharing' (berbagi beban), jangan sampai 'burden shifting' (memindahkan beban). Berbagai beban bukan memindahkan beban, Jadi negara miskin suruh menanggung akibatnya dari negara maju. Ini sebenarnya negara maju harus mengambil peran mau jadi seperti apa,' tambah Wapres.
Hal tersebut kemudian diimplementasikan dalam bentuk kegiatan yang lebih nyata termasuk komitmen Indonesia.
"Mengenai kehutanan biodiesel dan mobil listrik. Indonesia punya komitmen dengan sendiri (mengurangi karbon) sampai 31 persen dan kalau dibantu internasional menjadi 41 persen lebih. Itu komitmen yang dilakukan Indonesia, tetapi kalau negara maju tidak membantu, maka akan lambat dibanding inisiatif negara itu sendiri," ungkap Wapres.
Wapres Ma'ruf Amin menyampaikan tiga butir pandangan Indonesia mengenai upaya untuk mengatasi perubahan iklim saat menyampaikan pernyataan nasional ("national statement") dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Conference of The Parties 27 (COP27).
Pertama, COP27 di Mesir perlu menjadi COP implementasi termasuk pemenuhan dukungan dari negara maju kepada negara berkembang.
Poin kedua, Wapres Ma'ruf mengajak semua pihak untuk menjadi bagian dari solusi, yaitu agar semua negara harus berkontribusi sesuai kapasitas masing-masing, dengan semangat "burden-sharing" bukan "burden-shifting".
Selanjutnya dalam poin ketiga, Wapres Ma'ruf menyebut Indonesia terus berupaya untuk "lead by example" termasuk dengan menyampaikan "Enhanced Nationally Determined Contribution" (ENCD) atau Komitmen Indonesia untuk Makin Berkontribusi dalam Menjaga Suhu Global.
Target penurunan emisi Indonesia menjadi 31,8 persen dengan kemampuan sendiri dan 43,2 persen untuk dukungan internasional. Peningkatan ini selaras dengan peningkatan signifikan kebijakan Indonesia, antara lain, perluasan konservasi dan restorasi alam, penerapan pajak karbon, FOLU Net-Sink 2030 pengembangan ekosistem kendaraan listrik serta inisiasi program biodiesel B40.
Indonesia Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink 2030 merupakan kondisi di mana tingkat serapan karbon sektor kehutanan dan penggunaan lahan lain sudah berimbang dan bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi yang dihasilkan sektor tersebut pada 2030.