Singapura (ANTARA) - Harga minyak merosot di awal perdagangan Asia pada Senin pagi, tetapi bertahan mendekati level tertinggi sejak awal tahun di tengah optimisme bahwa pembukaan kembali China akan mengangkat permintaan bahan bakar di importir minyak mentah utama dunia itu.
Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 36 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan di 84,92 dolar AS per barel pada pukul 01.16 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 21 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 79,65 dolar AS per barel di tengah tipisnya perdagangan selama hari libur umum AS.
Kedua kontrak berjangka naik lebih dari 8,0 persen minggu lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober, setelah impor minyak mentah China naik 4,0 persen year-on-year pada Desember sementara perjalanan Tahun Baru Imlek mencerahkan prospek bahan bakar transportasi.
Tingkat lalu lintas di China terus pulih dari rekor terendah setelah pelonggaran pembatasan COVID-19, menghasilkan permintaan yang lebih kuat untuk produk minyak mentah dan minyak, kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Rebound permintaan domestik diperkirakan akan menyebabkan penurunan ekspor produk minyak olahan China sebesar 40 persen pada Januari dari angka Desember, dipimpin oleh bensin, kata sumber perdagangan dan analis.
"Meskipun masih ada banyak optimisme seputar permintaan China, dalam waktu dekat pasar minyak tetap dipasok dengan relatif baik," kata analis ING dalam sebuah catatan.
"Kami melihat kenaikan lebih lanjut dari kuartak kedua tahun ini, karena pasar semakin ketat."
Minggu ini, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan Badan Energi Internasional akan merilis laporan bulanan mereka, diawasi ketat oleh investor untuk prospek permintaan dan pasokan global.
Investor juga akan mengamati pertemuan utama Bank Sentral Jepang (BoJ) minggu ini untuk menentukan apakah akan mempertahankan kebijakan stimulusnya yang sangat besar.