Dalam laman resminya yang dikutip ANTARA di Jakarta, Kamis, hujan berintensitas ringan di siang hari akan mengguyur Palangka Raya, Pangkal Pinang, Tanjung Pinang, Bandar Lampung, Ambon, Ternate, Manokwari, Kendari dan Manado.
Hujan dengan intensitas ringan diperkirakan terjadi pada siang hari di Banda Aceh, Bandung, Semarang, Banjarmasin, Kupang serta Medan.
Sementara hujan lebat yang disertai dengan kilat dan petir diprediksi terjadi pada Denpasar, Yogyakarta, Surabaya, Mamuju juga Makassar saat siang.
Cuaca berawan turut hadir dan menyelimuti daerah Serang, Jakarta, Gorontalo, Pontianak, Tarakan, Mataram dan Kota Jayapura.
Daerah seperti Bengkulu, Jambi, Pekanbaru, Padang dan Palembang berpotensi mengalami cuaca cerah berawan di siang harinya.
BMKG menambahkan memasuki waktu malam harinya, hujan ringan turun di Banda Aceh, Bengkulu, Yogyakarta, Gorontalo, Jambi, Bandung, Semarang, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Pangkal pinang, Ternate, Kupang, Pekanbaru, Padang dan Palembang.
Kemudian hujan berintensitas sedang akan turun di Makassar dan Medan. Sedangkan hujan lebat berpotensi terjadi di Mamuju.
BMKG mengatakan suhu cuaca pada hari ini diperkirakan mencapai 20-33 derajat Celcius, dengan tingkat kelembabannya 60-100 persen.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa upaya mitigasi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan tanah longsor tetap menjadi prioritas pada tahun 2023 guna meminimalkan dampak risiko bencana yang mungkin terjadi.
"Mitigasi bencana hidrometeorologi basah masih tetap diutamakan," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.
Abdul Muhari menjelaskan pemerintah tetap menjadikan upaya pengendalian bencana hidrometeorologi basah, sebagai prioritas karena di Indonesia pada musim kemarau tetap terdapat kemungkinan terjadinya hujan yang berpotensi mengakibatkan banjir.
Berdasarkan pengalaman, di Indonesia kejadian bencana banjir dan tanah longsor dapat berlangsung sepanjang tahun, tidak hanya pada musim hujan, karena pada musim kemarau pun masih terdapat potensi hujan meskipun intensitasnya berkurang.
“Kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi basah tetap diperlukan,” katanya.
Dia juga menambahkan bahwa pada saat ini BNPB sudah mulai meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau guna mengantisipasi terjadinya bencana hidrometeorologi kering seperti kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sebab di tahun 2023 ini, terdapat potensi terjadinya kondisi cuaca panas yang bisa berdampak pada kejadian bencana kekeringan dan karhutla.