Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan budaya lokal bukan hanya harus dilestarikan, tetapi juga perlu dikembangkan agar tidak hanya menjadi "fosil".
Ma'ruf Amin mengatakan masyarakat sebagai pemilik budaya dapat membantu merumuskan strategi pengembangan budaya dan solusi pemecahan masalah di bidang kebudayaan, misalnya dalam menghadapi aneka tantangan akibat globalisasi, modernisasi, dan kemajuan teknologi digital.
"Kebudayaan nasional yang dibentuk oleh bermacam-macam kearifan lokal, yang berakar pada budaya tiap daerah, akan turut menjaga ketahanan dan ketangguhan bangsa dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika," jelasnya.
Menurut dia, kebudayaan lokal juga berfungsi sebagai bingkai untuk menjaga kerukunan nasional.
"Jadi, ada empat bingkai ya, yaitu pertama bingkai politis yaitu Pancasila, UUD Negara RI 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Itu bingkai politisnya secara nasional, tapi ada juga yang memagarinya melalui bingkai yuridis, aturan-aturan supaya tidak terjadi (konflik)," ungkap Wapres.
Bingkai yuridis tersebut termasuk aturan-aturan dalam pemilu agar tidak timbul konflik dalam pemilu.
"Tapi ada juga bingkai teologis, yaitu teologi kerukunan, paham keagamaan yang tidak membawa paham konflik, tapi kerukunan. Nah, bingkai yang keempat yang penting juga itu kearifan lokal," tambahnya.
Bingkai budaya tersebut harus dijaga secara bersama-sama, katanya.
"Sebab semuanya mengajarkan kerukunan. Di Batak ada Dalihan Natolu, kemudian Minahasa 'Torang Semua Basaudara', kemudian Pela Gandong di Maluku. Maknanya itu adalah menjaga kerukunan," imbuhnya.
Dengan kebudayaan lokal sebagai bingkai untuk menjaga kerukunan, Wapres optimistis Indonesia dapat memelihara kerukunan, termasuk saat pemilihan umum.
"Termasuk dalam pemilu pun tidak akan (ada konflik), bahkan bisa menyelesaikan, mencegah terjadinya konflik. Makanya, perlu dikembangkan seperti yang dikembangkan oleh Minahasa ini. Memang budaya harus dihidupkan, bukan hanya dilestarikan, menghidupkan nilai-nilainya," ujar Wapres Ma'ruf Amin.